Show simple item record

dc.contributor.authorWIDIGDO, WIDIGDO
dc.contributor.authorAMIN, MOHAMMAD SYIFA
dc.date.accessioned2019-05-31T04:30:56Z
dc.date.available2019-05-31T04:30:56Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/27180
dc.description.abstractTradisi debat yang disinyalir menandakan adanya kemampuan berpikir kritis (critical thinking) sebenarnya dimiliki oleh setiap bangsa dan peradaban. Namun sebagian kalangan menganggap bahwa tidak setiap bangsa dan peradaban mempunyai kualitas perdebatan skolastik yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Olga Wiejers dalam buku In Search of The Truth (2013) mengklaim bahwa perdebatan yang bersifat skolastik merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Barat. Peradaban lain, menurutnya, mungkin juga mempunyai tradisi debat dan diskusi namun kualitasnya tidak pernah mencapai level perdebatan skolastik. Dia menulis,” …the intellectual tradition of the scholastic disputation seems unique to the West.” Perdebatan skolastik (scholastic disputation) meniscayakan sebuah ketrampilan berargumentasi yang memenuhi kaidah logika dan dipakai untuk menemukan kebenaran, atau minimal, jawaban yang benar atas sebuah masalah. Seorang peserta debat dalam konteks perdebatan skolastik harus mampu memberi penjelasan yang baik untuk dua pendapat yang saling bertentangan sekaligus. Termasuk alasan, bukti, dan cara pengambilan kesimpulan (reasoning) dari pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.en_US
dc.subjectjadal, debat, etikaen_US
dc.titleTEORI DEBAT (JADAL) DAN RELEVANSINYA BAGI PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORERen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • CONFERENCE
    Berisi artikel ilmiah (bukan sertifikat) yang ditulis oleh dosen pada acara konferensi baik lokal, nasional maupun internasional dengan penyelenggara dari luar UMY, baik sebagai peserta Call for Paper, presenter, narasumber maupun keynote speaker.

Show simple item record