dc.contributor.advisor | NURJANAH, ARDHIANTY | |
dc.contributor.author | SUKMA, DEA ANINDIA AYUNING | |
dc.date.accessioned | 2019-07-01T06:51:14Z | |
dc.date.available | 2019-07-01T06:51:14Z | |
dc.date.issued | 2019-04-29 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/27615 | |
dc.description | Kota kreatif menjadi salah satu fokus pemerintah dalam membentuk
Branding sebuah kota yang ada di Indonesia. Pada tahun 2004, UNESCO
meluncurkan program Creative City Network (CCN) yang bertujuan untuk
memperkuat penciptaan, produksi, distribusi, dan konsumsi produk dan jasa
budaya pada tingkat lokal, mempromosikan kreativitas dan ekspresi kreatif
terutama pada kelompok yang rentan. Bandung menjadi salah satu dari 10 kota
kreatif di Indonesia yang telah diakui UNESCO. Bandung menjadi kota kreatif
dalam kategori design yang pertama di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif, dengan sumber data ditemukan melalui wawancara
mendalam dan studi dokumen.
Konsep Kreatif dan kegiatan-kegiatan Kreatif didalamnya mengacu pada
template yang sudah dibuat oleh Badan Ekonomi Kreatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi city branding yang dilakukan oleh Disbudpar
melalui beberapa tahapan. Mulai dari riset yaitu menganalisis komunitas dan
potensi, kemudian persiapan yaitu membentuk sebuah strategi dengan konsep 3I
dan juga New Wave Marketing, kemudian pengkomunikasian city branding
melalui event kreatif sampai evaluasi. Melalui strategi tersebut disbudpar
membuat sebuah program yang menggambarkan dan memperkuat kreativitas di
Kota Bandung. Program yang diselenggarakan di Kota Bandung bekerjsama
denga stakeholders Pentahelix (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan
media) yang selalu terlibat dalam proses pembentukan kota kreatif. Selain
memberikan program kreatif, disbudpar juga menyediakan fasiltas kreatif beruppa
Bandung Creative Hub yang menjadi pusat kegiatan Kreatif di Kota Bandung.
Dengan demikian Branding kota Bandung menjadi Kota Kreatif Design menjadi
lebih kuat dan sudah diakui oleh UNESCO | en_US |
dc.description.abstract | Creative city is one of the government's focuses for Branding city in
Indonesia. In 2004, UNESCO launched the Creative City Network (CCN)
program for strengthening the creation, production, distribution and consumption
of cultural products and services at the local level, promoting creativity and
creative expression, especially in vulnerable groups. Bandung is one of the 10
creative cities in Indonesia that UNESCO has recognized. Bandung became the
one and only a creative city in design category in Indonesia.
Creative concepts and creative activities in it refer to the templates that have
been created by the Creative Economy Agency. The results showed that the city
branding strategy was carried out by Disbudpar through several stages. Starting
from research that is analyzing community and potential, then preparation is
forming a strategy with 3I concepts and also New Wave Marketing, then
communicating city branding through creative events to evaluation. In creating
the creative city, disbudpar has the partnership with stakeholders Pentahelix
(academy, business, community, government, and media). Through this strategy,
Disbudpar created a program that described and strengthened creativity in the city
of Bandung. In addition to providing creative programs, Disbudpar also provides
creative facilities with Bandung Creative Hub which is the center of Creative
activities in the city of Bandung. Thus the Branding of the city of Bandung to
become the City of Creative Design has become stronger and has been recognized
by UNESCO. | en_US |
dc.publisher | FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA | en_US |
dc.subject | Strategy, Branding, Creative design | en_US |
dc.title | STRATEGI CITY BRANDING BANDUNG OLEH PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF DESIGN PERIODE 2017 | en_US |
dc.title.alternative | Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi City Branding Bandung Melalui Pembangunan Bandung Creative Hub | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
466 | en_US |