Show simple item record

dc.contributor.advisorMUKTI, TAKDIR ALI
dc.contributor.authorHAEDI, RIEZQO PRADHANA
dc.date.accessioned2019-10-11T02:19:07Z
dc.date.available2019-10-11T02:19:07Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/29626
dc.descriptionSkripsi ini membahas alasan Korea Utara menerapkan kebijakan perdamaian terhadap Korea Selatan pada tahun 2018. Pertemuan pemimpin tertinggi Korea Utara yakni Kim Jong Un dengan Presiden Moon dari Korea Selatan di perbatasan kedua Negara pada tahun 2018 terkait upaya perdamaian kedua Negara tentu merupakan sebuah terobosan dari hubungan kedua Negara. Problematika yang muncul adalah mengapa Korea Utara bersedia berdamain dengan Korea Selatan, sementara Negara tersebut selama ini dikenal sebagai Negara yang tidak bersedia berdamai dengan Korea Selatan. Didalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif dengan berupaya menjelaskan alasan Korea Utara menerapkan kebijakan perdamaian atau dengan kata sederhana yakni alasan Korea Utara bersedia berdamai dengan Korea Selatan. Penulis mengumpulkan data melalui metode kepustakaan dan melalui media massa. Penulis menggunakan teori Kebijakan Luar Negeri oleh Wiliiam D. Coplin. Menurutnya, kebijakan luar negeri merupakan sebuah keputusan yang didahului oleh sebuah proses dimana ada tuntutan dari domestic politics, dengan melihat kemampuan dari kekuatan ekonomi dan militer. Faktor-faktor tersebut kemudian mempengaruhi para pembuat kebijakan, yang kemudian meramunya menjadi sebuah kebijakan luar negeri dalam merespon situasi internasional. Sedikitnya terdapat 3 (tiga) konteks yang bisa menjelaskan hal tersebut sebagaimana yang dipaparkan oleh Coplin. Konteks yang pertama yakni konteks dalam negeri; adanya ancaman militer dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Amerika Serikat bersama dengan Korea Selatan terus berupaya menekan Korea Utara dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas militernya di Semenanjung Korea. Konteks kedua yakni Konteks Ekonomi dan Militer; Amerika Serikat dan sekutunya terus melakukan pembatasan kerjasama ekonomi dengan Korea Utara, selain itu Korea Utara juga semakin mengalami kendala dalam pengembangan program nuklirnya yakni semakin sering terjadi kegagalan uji coba hulu ledak nuklir Korea Utara. Konteks ketiga adalah Konteks Lingkungan Internasional; Meningkatnya kerjasama Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan.en_US
dc.description.abstractSkripsi ini membahas alasan Korea Utara menerapkan kebijakan perdamaian terhadap Korea Selatan pada tahun 2018. Pertemuan pemimpin tertinggi Korea Utara yakni Kim Jong Un dengan Presiden Moon dari Korea Selatan di perbatasan kedua Negara pada tahun 2018 terkait upaya perdamaian kedua Negara tentu merupakan sebuah terobosan dari hubungan kedua Negara. Problematika yang muncul adalah mengapa Korea Utara bersedia berdamain dengan Korea Selatan, sementara Negara tersebut selama ini dikenal sebagai Negara yang tidak bersedia berdamai dengan Korea Selatan. Didalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif dengan berupaya menjelaskan alasan Korea Utara menerapkan kebijakan perdamaian atau dengan kata sederhana yakni alasan Korea Utara bersedia berdamai dengan Korea Selatan. Penulis mengumpulkan data melalui metode kepustakaan dan melalui media massa. Penulis menggunakan teori Kebijakan Luar Negeri oleh Wiliiam D. Coplin. Menurutnya, kebijakan luar negeri merupakan sebuah keputusan yang didahului oleh sebuah proses dimana ada tuntutan dari domestic politics, dengan melihat kemampuan dari kekuatan ekonomi dan militer. Faktor-faktor tersebut kemudian mempengaruhi para pembuat kebijakan, yang kemudian meramunya menjadi sebuah kebijakan luar negeri dalam merespon situasi internasional. Sedikitnya terdapat 3 (tiga) konteks yang bisa menjelaskan hal tersebut sebagaimana yang dipaparkan oleh Coplin. Konteks yang pertama yakni konteks dalam negeri; adanya ancaman militer dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Amerika Serikat bersama dengan Korea Selatan terus berupaya menekan Korea Utara dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas militernya di Semenanjung Korea. Konteks kedua yakni Konteks Ekonomi dan Militer; Amerika Serikat dan sekutunya terus melakukan pembatasan kerjasama ekonomi dengan Korea Utara, selain itu Korea Utara juga semakin mengalami kendala dalam pengembangan program nuklirnya yakni semakin sering terjadi kegagalan uji coba hulu ledak nuklir Korea Utara. Konteks ketiga adalah Konteks Lingkungan Internasional; Meningkatnya kerjasama Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectKorea Utara, Korea Selatan, Perdamaian, Kim Jong Unen_US
dc.titleKEBIJAKAN LUAR NEGERI KOREA UTARA UNTUK MELAKUKAN PERDAMAIAN DENGAN KOREA SELATAN PADA TAHUN 2018en_US
dc.typeThesis SKR 366en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record