dc.contributor.advisor | MEIDA, NUR SHANI | |
dc.contributor.author | DEWI, AINY SOFIANA | |
dc.date.accessioned | 2019-11-11T07:44:00Z | |
dc.date.available | 2019-11-11T07:44:00Z | |
dc.date.issued | 2019-05-07 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/30330 | |
dc.description | Latar belakang : Paparan asap rokok dari perokok aktif memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk anak-anak. Mukosa pada
konjungtiva mata sangat sensitif terhadap berbagai bahan kimia dan gas iritatif
yang terkandung dalam asap rokok dan dapat menimbulkan terjadinya kemerahan
pada konjungtiva, hiperlakrimasi dan sindrom mata kering. Sindrom mata kering
merupakan kompleks gejala yang terjadi sebagai akibat dari berbagai macam
penyakit yang dihubungkan dengan berkurangnya volume atau komponen air
mata, evaporasi air mata berlebih, abnormalitas permukaan kelopak mata, atau
epitel.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perokok
pasif sebagai faktor risiko sindrom mata kering pada anak usia 13–19 tahun.
Metode : Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan rancangan
cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 60 anak berusia 13–19 tahun yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner dan OSDI (Ocular Surface Disease Index). Uji statistik yang digunakan
adalah korelasi Spearman-Rank.
Hasil : Responden memiliki usia rata-rata 15,9±0,4 dan nilai skor OSDI memiliki
nilai rata-rata 24,2±1,0. Hasil analisis bivariat menunjukkan kekuatan hubungan
yang lemah (r = 0,212) dan tidak bermakna secara statistik (p = 0,105).
Kesimpulan : Perokok pasif sebagai faktor risiko sindrom mata kering pada anak
usia 13–19 tahun memiliki kekuatan hubungan yang lemah dan tidak bermakna
secara statistik. | en_US |
dc.description.abstract | Background : The exposure of cigarette smoke from active smokers has a
negative impact for surrounding environst, including children. The mucosa in the
eye’s conjunctiva is very sensitive to a variety of irritating chemicals and gases
which contained in cigarette smoke and can cause conjunctival redness,
hyperlacrimation and dry eye syndrome. Dry eye syndrome is a complex symptom
that occurs as a result of various diseases that are associated with reduced
volume or components of tears, excessive tear evaporation, eyelid surface
abnormalities, or epithelium.
Objective : The purpose of this study was to know the correlation between passive
smoking as a risk factor of dry eye syndrome on children 13–19 years old.
Method : This study was an observational analytic with cross-sectional design.
The sample consisted of 60 children aged 13–19 years who met the inclusion and
exclusion criteria. The research instrument used a questionnaire and OSDI
(Ocular Surface Disease Index). The data analysis used Spearman-Rank
correlation.
Results : The mean age of respondents was 15.9±0.4 years and the mean value of
OSDI score was 24.2±1.0. The bivariat analysis shows that there is a weak
correlation (r = 0.212) and not statistically significant (p = 0.105).
Conclusion : Passive smoking as a risk factor for dry eye syndrome on children
13–19 years old has a weak correlation and not statistically significant. | en_US |
dc.publisher | FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA | en_US |
dc.subject | risk factor, dry eye syndrome, passive smoking | en_US |
dc.title | PEROKOK PASIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO SINDROM MATA KERING PADA ANAK USIA 13–19 TAHUN | en_US |
dc.type | Thesis SKR FKIK 522 | en_US |