KOMUNIKASI POLITIK PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA (PSI) KEPADA PEMILIH PADA PEMILU 2019 (Studi kasus DPW Partai Solidaritas Indonesia Yogyakarta)
Abstract
Pemilihan umum 2019 merupakan ajang kontestasi politik lima tahunan. Diajang pesta demokrasi pemilu 2019 lebih menarik dibanding pada saat pemilu 2014, hal ini dikarenakan adanya partai politik pendatang baru yang memeriahkan ajang pesta demokrasi yaitu salah satunya Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebagai partai politik baru PSI meloloskan 1 (satu) kursi di DPRD Propinsi D.I Yogyakarta dan menjadikan satu-satunya partai politik baru yang memperoleh kursi di DPRD D.I Yogyakarta. Peneilitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan pengumpulan data beerdasarkan data primer yaitu wawancara dan data sekunder dengan cara didapatkan berdasarkan jurnal, buku, dokumentasi, dan sebagainya. Teknik analisis dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil peneilitian ini menunjukan DPW Partai Solidaritas Indonesia D.I Yogyakarta menempatkan 1 (satu) orang wakil yang duduk di kursi DPRD D.I Yogyakarta. Hasil yang didapat oleh DPW Partai Solidaritas Indonesia D.I Yogyakarta tidak terlepas dari pola-pola komunikasi politik yang dilakukan anatara lain komunikator, pesan politik, media, komunikan, dan feedback. Komunikator, dimana PSI menginstruksikan semua kader bertindak sebagai aktor komunikator namun tetap satu instruksi dari ketua DPW. Pesan politik, sebagai partai politik baru PSI selalu menyampaikan visi dan misi partai dan juga selalu mengangkat pesanpesan anti korupsi dan intoleransi. Media, dalam kampanye DPW PSI menggunakan media elektronik, sosial, cetak, dan media luar ruangan sebagai media yang digunakan dalam kampanye. Komunikan, hal yang dilakuakan DPW PSI yaitu menjadikan semua sebagai komunikan bahkan dari struktur mereka yang juga sebagai caleg. Feedback, hasil dari pola komunikasi politik yang dilakukan oleh DPW PSI bermuara pada elektabilitas partai dengan perolehan suara 1.96% dengan perolehan 42.669 suara dan melolos 1 (satu) orang caleg di kursi DPRD D.I Yogyakarta. Dari penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan bahwasanya pola komunikasi politik yang dilakukan oleh DPW Partai Solidaritas Indonesia kurang efektif dilakukan salash satunya pola komunikasi yang dilakukan tidak masif, dan struktur kerja pada saat pemilu tidak jelas. Namun kerja keras DPW Partai Solidaritas Indonesia D.I Yogyakarta harus di apresiasi mengingat sebagai partai politik baru mereka menempatkan 1 (Satu) orang wakil di DPRD D.I Yogyakarta.