PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA MINYAK JERUK DAN MINYAK KAYU PUTIH SEBAGAI PELUNAK GUTAPERCA PADA PERAWATAN SALURAN AKAR DENGAN SILER RESIN EPOKSI
Abstract
Kunci keberhasilan pada perawatan ulang saluran akar adalah pengeluaran gutaperca dan siler yang baik. Pengambilan gutaperca dapat dilakukan dengan bebarapa cara, salah satunya adalah dengan cara kimiawi menggunakan bahan pelarut. Kloroform merupakan bahan pelarut yang sering digunakan, namun ternyata terbukti toksik dan karsinogenik. Terdapat beberapa bahan organik yang aman dan dapat digunakan sebagai pengganti kloroform, dua diantaranya adalah minyak jeruk dan minyak kayu putih.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan efektivitas antara minyak jeruk dan minyak kayu putih sebagai pelunak gutaperca pada perawatan saluran akar dengan siler resin epoksi.
Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimental laborarotis. Penelitian ini menggunakan 27 gigi incisivus sentralis atas yang sudah diekstraksi. Sampel penelitan ini dipreparasi dengan teknik crowndown dan di obturasi dengan teknik single cone menggunakan gutaperca dan siler resin epoksi (AH Plus). Sampel penelitian dibagi menjadi 3 kelompok (minyak kayu putih, minyak jeruk dan kloroform) dan mendapatkan waktu paparan yang berbeda yaitu 1, 3 dan 5 menit pada masing-masing kelompok yang kemudian akan di tes penetrasi menggunakan universal testing mechine. Analisis analitik data menggunakan uji Kruskal wallis.
Hasil: Waktu paparan 5 menit menunjukkan nilai rerata kekuatan tekan lebih rendah dibandingkan dengan waktu paparan 1 dan 3 menit pada setiap perlakuan bahan pelunak. Hasil analisis analitik dengan Kruskal Wallis Test didapat nilai signifikansi 0,082 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Minyak jeruk, minyak kayu putih dan kloroform memiliki efek yang sama dalam melunakan gutaperca dan siler resin epoksi.