PENDIDIKAN KESEHATAN HOLISTIK (Peran Ruhani dalam Perspektif Psikologi Islam)
Abstract
Pendidikan holistik (holistic education) dan kesehatan holistik (holistic healthcare) adalah alternatif baru atas gagasan pendidikan dan kesehatan reduksionistik, yang memandang manusia secara parsialistik-mekanistik. Model pendidikan holistik mengombinasikan kecerdasan IQ-EQ-SQ dan model kesehatan holistik memadukan bio-psiko-sosio-spiritual. Tampaknya, pendidikan dan kesehatan holistik sama-sama memandang pentingnya dimensi spiritual sebagai “pusat“ diri (ruhani). Kini muncul perpaduan antara pendidikan dan kesehatan menjadi pendidikan kesehatan (medical education). Tetapi, belum pernah ada perpaduan antara pendidikan holistik dan kesehatan holistik menjadi pendidikan kesehatan holistik (holistic medical education) yang dikaji dalam perspektif psikologi Islam. Pendidikan Kesehatan Holistik (PKH) adalah model baru dalam studi pendidikan kesehatan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan pokok sebagai berikut: Bagaimanakah PKH dalam pandangan psikologi Islam? Bagaimanakah determinasi peran ruhani dalam PKH? Bagaimanakah model baru relasi antara dokter-pasien dalam PKH? Untuk mengkaji permasalahan di atas, peneliti menggunakan teori utama tentang peran ruhani dalam perspektif psikologi Islam. Psikologi Islam telah menjelaskan tiga dimensi manusia, yaitu tubuh manusia, manusia, dan yang menyempurnakan kejadian manusia. Singkatnya, relasi ruh-tubuh, interior-eksterior, inner world-outer world, dan batin-zahir. Ada tiga varian dalam psikologi Islam, yaitu psikologi relijius/bayani, sufistik/’irfani, dan filosofis/burhani.
Penelitian ini juga dilengkapi dengan beberapa teori, yaitu teori holistik (organisme spiritual), pendidikan holistik (humanisme-spiritual dan model of human nature), kesehatan holistik (bio-psiko-sosial-spiritual, the wheel of wellness, kuratif-preventif, biomedik-sibernetik, dan holonik), pendidikan kesehatan (laboratoris-populasionis), psikologi integral (pendekatan I, We, Its), psikologi humanistik-transpersonal (spiritual quotient), embriologi (nut}fah, ‘ala>qah, mud}gah), tafsir al-qur’an (tafsir tematik), filsafat kedokteran (etika biomedis dan bioetik), dan filsafat sistem (intersubjective relation).
Metode penelitian yang peneliti pakai adalah studi pustaka atau penelitian kualitatif pustaka (literature research qualitative). Sifat penelitiannya deskriptif, analitis, hermeneutis, filosofis. Metode pengumpulan data dengan kajian tertulis (written document) dan disajikan secara tematik, dengan model pembacaan inter-tekstual dan intra-tekstual. Pembacaan inter-tekstual adalah pembacaan suatu ayat dalam Kitab al-Qur’an dalam kaitannya dengan ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan ilmu psikologi. Sedangkan pembacaan intra-tekstual adalah pembacaan suatu ayat dalam Kitab al-Qur’an dalam kaitannya dengan ayat-ayat lain (muna>sabah) tentang pendidikan, kesehatan, dan psikologi.
Kesimpulannya, ada 3 prinsip dasar dalam PKH, yaitu pendidikan laboratoris-populasionis-spiritualis. Dalam perpektif Psikologi Islam, ketiganya masing-masing dapat disejajarkan dengan dimensi jasadi-jasmani (laboratoris), insani-nafsani (populasionis), ruhani-nurani (spiritualis). Dalam perspektif yang lebih makro, sejajar dengan relasi alam-masyarakat-Tuhan. Dalam PKH, ruhani dan rasa atau nikmat atau zat memiliki peran yang sangat determinan sebab dialah yang menyempurnakan kejadian manusia dalam tubuhnya, yang dapat me-rasa-kan sehat dan sakit. Dengan adanya ruhani dan rasa pada diri subjek, itulah yang membedakannya dengan objek. Dimensi interior inilah yang menentukan model baru relasi etis antara dokter-pasien dalam PKH yang disebut sebagai relasi intersubjektif yang berketuhanan.