Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorDAYANTI, ELA SYAHRANI
dc.date.accessioned2020-10-15T02:28:25Z
dc.date.available2020-10-15T02:28:25Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/35616
dc.descriptionProvinsi Bangka Belitung terutama Kabupaten Belitung memiliki keinginan untuk mengembangkan pariwisata yang ada untuk menjadi sektor unggulan, melalui Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Tahun 2015 - 2025 (RIPPARDA) digunakan sebagai acuan dalam merencanakan dan mengembangkan sektor pariwisata secara terstruktur, terpadu dan memiliki wawasan pembangunan berkelanjutan serta sangat erat dengan pentingnya peran sektor pariwisata daerah yang sangat disadari oleh berbagai pihak yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Kegiatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data primer yaitu wawancara dengan pihak terkait yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, pihak Swasta (BCA) dan masyarakat Desa Wisata Terong, Belitung. serta data sekunder yaitu informasi bersumber dari internet. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai pengelolaan desa wisata yang melibatkan beberapa stakeholder, yang ditinjau dari perspektif collabotative governance dengan menggunakan konsep Ansell And Gash yaitu kolaborasi di pengaruhi oleh starting condition, kepemimpinan fasilitatif, desain institusional dan kemudian proses kolaborasi dalam Tata Kelola Desa Wisata Terong berbasis masyarakat yaitu dengan adanya face to face (diaog tatap muka), trust building (saling kepercayaan), commitment to process (komitmen terhadap proses) dan share understanding (pemahaman bersama). Adapun kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Tata Kelola Desa Wisata Terong, proses tersebut dimulai dengan Starting Condition atau tahap awal yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan kolaborasi di karenakan mempunyai tujuan yang sama yaitu dalam mendukung sektor pariwisata. Kepemimpinan fasilitatif dalam hal ini pemerintah yang berperan sebagai aktor utama yaitu memfasilatasi para stakeholder, sedangkan kepemimpinan swasta dalam kolaborasi yaitu berperan sebagai pembina dalam program yang mereka laksanakan. Desain intitusional dalam kolaborasi ini yaitu untuk pemerintah dengan stakeholder tidak ada aturan yang mengikat namun saling terbuka sedangkan untuk swasta dan masyarakat terdapat aturan yang tertuang dalam perjanjian kerjasama. Proses kolaborasi dalam tata kelola Desa Wisata Terong dijalankan oleh semua aktor kolaborasi sudah berjalan dengan baik dengan adanya dialog tata muka bersama pada saat melakukan kolaborasi kemudian adanya saling kepercayaan dan komitmen yang dibangun dari masing-masing stakeholder dalam proses kolaborasi, serta adanya sikap saling memahami yang terjalin antara stakeholder dalam proses kolaborasi Tata Kelola Desa Wisata Terongen_US
dc.description.abstractProvinsi Bangka Belitung terutama Kabupaten Belitung memiliki keinginan untuk mengembangkan pariwisata yang ada untuk menjadi sektor unggulan, melalui Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Tahun 2015 - 2025 (RIPPARDA) digunakan sebagai acuan dalam merencanakan dan mengembangkan sektor pariwisata secara terstruktur, terpadu dan memiliki wawasan pembangunan berkelanjutan serta sangat erat dengan pentingnya peran sektor pariwisata daerah yang sangat disadari oleh berbagai pihak yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Kegiatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data primer yaitu wawancara dengan pihak terkait yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, pihak Swasta (BCA) dan masyarakat Desa Wisata Terong, Belitung. serta data sekunder yaitu informasi bersumber dari internet. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai pengelolaan desa wisata yang melibatkan beberapa stakeholder, yang ditinjau dari perspektif collabotative governance dengan menggunakan konsep Ansell And Gash yaitu kolaborasi di pengaruhi oleh starting condition, kepemimpinan fasilitatif, desain institusional dan kemudian proses kolaborasi dalam Tata Kelola Desa Wisata Terong berbasis masyarakat yaitu dengan adanya face to face (diaog tatap muka), trust building (saling kepercayaan), commitment to process (komitmen terhadap proses) dan share understanding (pemahaman bersama). Adapun kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Tata Kelola Desa Wisata Terong, proses tersebut dimulai dengan Starting Condition atau tahap awal yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan kolaborasi di karenakan mempunyai tujuan yang sama yaitu dalam mendukung sektor pariwisata. Kepemimpinan fasilitatif dalam hal ini pemerintah yang berperan sebagai aktor utama yaitu memfasilatasi para stakeholder, sedangkan kepemimpinan swasta dalam kolaborasi yaitu berperan sebagai pembina dalam program yang mereka laksanakan. Desain intitusional dalam kolaborasi ini yaitu untuk pemerintah dengan stakeholder tidak ada aturan yang mengikat namun saling terbuka sedangkan untuk swasta dan masyarakat terdapat aturan yang tertuang dalam perjanjian kerjasama. Proses kolaborasi dalam tata kelola Desa Wisata Terong dijalankan oleh semua aktor kolaborasi sudah berjalan dengan baik dengan adanya dialog tata muka bersama pada saat melakukan kolaborasi kemudian adanya saling kepercayaan dan komitmen yang dibangun dari masing-masing stakeholder dalam proses kolaborasi, serta adanya sikap saling memahami yang terjalin antara stakeholder dalam proses kolaborasi Tata Kelola Desa Wisata Terongen_US
dc.publisherFP UMYen_US
dc.subjectDESA WISATAen_US
dc.subjectCOLLABORATIVE GOVERNANCEen_US
dc.titleTATA KELOLA DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF COLLABORATIVE GOVERNANCEen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record