HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN BERAT BADAN LEBIH PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UMY
Abstract
Latar belakang: Kelebihan berat badan sangat berhubungan dengan faktor genetik, lingkungan dan perilaku. Faktor religiusitas dapat mempengaruhi lingkungan dan perilaku yang berdampak pada BB lebih. Namun bukti-bukti yang ada menunjukkan hasil yang kurang konsisten dan kontradiksi. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan berat badan lebih pada mahasiswa kedokteran.
Metode: Penelitian cross sectional menggunakan sampel acak sebanyak 119 mahasiswa kedeokteran FKIK UMY. Tingkat religiusitas diukur dengan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Berat badan lebih ditentukan dengan IMT ≥25. Variabel independen yang lainnya diukur dengan Beck Depression Inventory, General Physician Physical Activity Questionaire dan 3 hari self estimating food record. Analisis multivariat menggunakan metode statistik regresi logistik.
Hasil: Prevalensi berat badan lebih pada mahasiswa kedokteran FKIK UMY sebesar 23,5%. Karakteristik demografi sosial yang berpengaruh terhadap BB lebih hanya jenis kelamin laki-laki (r=1,258; OR=3,519; 95%CI: 1,257-9,854). Variabel independen yang berpengaruh terhadap BB lebih adalah dimensi ritual (r=2,337, OR=10,352; 95%CI: 1,192-89,904), skor BDI (r=0,211; OR=1,234; 95%CI: 1,034-1,473) dan asupan energi tinggi (r=2,364; OR=10,629; 95%CI: 1,173 – 96,314). Aktivitas fisik tidak berhubungan dengan religiusitas dan BB lebih. Skor BDI berpengaruh pada peningkatan nilai koefisien korelasi dimensi ritual terhadap BB lebih, sedangkan aktivitas fisik dan asupan makanan menurunkannya.
Kesimpulan: Religiusitas berhubungan dengan BB lebih melalui dimensi ritual keagamaan dan skor BDI pada mahasiswa kedokteran FKIK UMY terutama dengan jenis kelamin laki-laki.