KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS ORGANIK DI KABUPATEN SRAGEN
Abstract
Setiap manusia membutuhkan pangan yang cukup, baik dari sisi kualitas
maupun kuantitas. Masyarakat dunia sekarang telah menyadari akan bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam proses produksi
pertanian. Saat ini, banyak produk pangan yang tidak sehat karena mengandung zat
yang mengganggu kesehatan manusia, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, salah satunya adalah beras. Berbagai kasus keracunan bahan makanan dan
krisis keamanan pangan menyebabkan masyarakat semakin selektif dalam memilih
bahan pangan yang akan dikonsumsi, yaitu dengan mempertimbangkan aspek
kesehatan dan keamanan pangannya. Kesadaran dan preferensi konsumen akan
pangan yang sehat akan mengakibatkan meningkatnya konsumsi pangan organik.
Selain ramah terhadap lingkungan, pertanian organik juga merupakan salah
satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan stagnasi produktivitas dan
semakin menurunnya insentif usahatani karena menurunnya kualitas lingkungan.
Prospek pertanian organik, termasuk padi organik sesungguhnya sangat menjanjikan,
namun masih terkendala oleh berbagai faktor termasuk diantaranya pengembangan
kelembagaan pemasaran beras organik, baik yang dilakukan oleh petani/kelompok
tani maupun pedagang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja usahatani dan lembagalembaga
pemasaran, fungsi lembaga pemasaran dan kinerjanya. Sampel petani padi
organik dipilih secara purposif yaitu Kabupaten Sragen merupakan salah satu
lumbung padi di Jawa Tengah yang telah berhasil mengembangkan pertanian padi
organik. Pertanian padi organik di Kabupaten Sragen tersebar di 20 Kecamatan
dengan luas panen yang selalu meningkat yaitu dari 2.003 ha pada tahun 2004
menjadi 4.300 ha pada tahun 2008. Selain itu, produktivitas usahatani padi organik di
Kabupaten Sragen lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas padi di
Kabupaten Sragen maupun produktivitas padi Jawa Tengah (www.sragenkab.go.id).
Penelitian akan dilakukan dengan menentukan 2 sampel wilayah produksi
beras, dimana setiap daerah merepresentasikan daerah sentra pertanian padi organik
dan semi organik. Wilayah yang diambil dari Kecamatan Sambirejo, yaitu Desa
Sukorejo sebagai sentra padi organik dan Desa Sambi sebagai sentra padi semi
organik. Dari masing-masing wilayah diambil 1 kelompok tani secara acak dan semua
anggota kelompok tani terpilih diambil sebagai petani sampel. Jumlah petani
responden yang diambil dari masing-masing desa adalah 31 orang. Pengambilan
sampel pelaku pemasaran beras organik dilakukan dengan cara menelusuri pelaku
pemasaran secara bertahap, dimulai dari petani, pedagang perantara, pedagang
pengecer/perusahaan eceran hingga konsumen akhir beras organik.
vii
Input usahatani padi organik didominasi dengan pupuk kandang, usahatani
padi non organik dilakukan tanpa memberikan input organik, sedangkan usahatani
semi organik menggunakan baik pupuk kandang dan input an organik. Besarnya
biaya usahatani padi organik hampir sama dengan usahatani padi semi organik,
namun lebih rendah dibandingkan dengan usahatani padi non organik. Pendapatan
usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi semi organik
dan juga non organik, yang disebabkan karena produksi padi organik lebih tinggi
dibandingkan dengan usahatani padi semi organik dan non organik dan juga harga
gabah organik lebih tinggi dibandingkan dengan harga gabah non organik.
Pemasaran beras organik dilakukan dengan melalui kelompok tani untuk
didistribusikan kepada pedagang besar kabupaten pada saluran pemasaran daerah luar
Sragen, dan didistribusikan kepada pedagang pengecer pada saluran pemasaran untuk
pasar di Sragen. Saluran pemasaran untuk pasar Sragen mengambil marjin yang lebih
rendah dibandingkan dengan saluran pemasaran untuk daerah di luar Sragen,
sedangkan farmer share saluran pemasaran untuk pasar Sragen lebih tinggi
dibandingkan dengan saluran pemasaran untuk daerah di luar Sragen.