| dc.contributor.author | LIENDRIANI, YESSY ANIESHA | |
| dc.date.accessioned | 2017-06-15T04:20:58Z | |
| dc.date.available | 2017-06-15T04:20:58Z | |
| dc.date.issued | 2017-04-08 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/11066 | |
| dc.description | Timur Tegah merupakan wilayah dimana negara-negaranya masih mengalami konflik berkepanjangan, salah satunya adalah negara Suriah. Konflik berkepanjangan yang terjadi di Timur Tengah menjadikan salah satu kesempatan untuk negara-negara maju membuktikan kekuatan mereka. Tidak heran, jika konflik internal yang terjadi seperti di Suriah masih terdapat campur tangan dari negara-negara super power. Disisi lain, konflik internal yang terjadi di Suriah juga memberikan kesempatan bagi para pemberontak atau gerakan separatism untuk mencari simpati masyarakat atau pun untuk memprovokator masyarakat untuk menggulingkan rezim pemerintahan Suriah. Keberhasilan pemberontak masuk kedalam konflik internal di Suriah mengakibatkan munculnya kelompok ISIS ditengah-tengah konflik tersebut.
Selain ingin menggulingkan rezim pemerintahan Suriah, ISIS juga menguasai beberapa kota di Suriah. Salah satu kota yang dikuasai adalah kota Palmyra. Kota Palmyra sendiri merupakan sebuah kota kuno yang terletak di provinsi Homs, Suriah yang menjadi pusat tertingginya peradaban zaman dulu (kuno) di kawasan Timur Tengah. Sejak tahun 1980, Kota Palmyra termasuk salah satu warisan dunia yang sudah diakui oleh UNESCO. Dalam kurun waktu satu tahun, kota Palmyra berhasil dibebaskan oleh Pemerintah Suriah dari kekuasaan ISIS. Hal ini membuktikan meskipun prioritas mereka bukan negara dengan luas wilayah yang besar, namun kota tersebut memiliki nilai-nilai startegis dari segi ekonomi dan budaya. | en_US |
| dc.description.abstract | Middle East is a region in which their countries are still running into the ongoing conflict, one of them is the Syrian state. The ongoing conflict in the Middle East makes one opportunity for super power countries, like The United States or Russia to prove their strength. No wonder, if the internal conflicts that occur such as in Syria there is still interference of super power countries. In another side, the internal conflict in Syria also provides an opportunity for the rebels or the separatism movement to looking for public sympathy or to provoke people to overthrow the Syrian regime. The success of rebels get in the internal conflict in Syria caused appearance of ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) groups in the midst of the conflict.
Besides of wanting to overthrow the Syrian regime, ISIS also takes control over several cities in Syria. One of the city which is controlled by ISIS is Palmyra. The city itself is an ancient city located in the province of Homs, Syria which is became the center of ancient civilization heritage in the Middle East region. Since 1980, Palmyra is one of the world heritage recognized by UNESCO. Within a year, the city has been taken back by Syrian government from ISIS. It proves that even they priority not a country with a large area, but that city has strategic values in terms of economy and culture. | en_US |
| dc.publisher | FISIP UMY | en_US |
| dc.subject | Middle East, Syria, the ongoing conflict, ISIS, city of Palmyra. Timur Tengah, Syria, Konflik berkepanjangan, ISIS, Kota Palmyra | en_US |
| dc.title | PEMBEBASAN KOTA PALMYRA SEBAGAI PRIORITAS BAGI PRESIDEN BASHAR AL-ASSAD MELAWAN KEKUATAN ISIS | en_US |
| dc.title.alternative | (ISLAMIC STATE IN IRAQ AND SYRIA) TAHUN 2015-2016 | en_US |
| dc.type | Thesis
SKR
FISIP
165 | en_US |
