dc.description | penulis mencoba memberikan argumentasi terkait dengan urgensi dan relevansi kajian atas
tema elite (selanjutnya akan disebut borjuasi)2 dan dinamika demokrasi di Indonesia dengan beberapa pendekatan yang komprehensif. Mengapa di Indonesia dirasa (sangat) penting untuk memperdalam dan memperluas kajian mengenai elite atau “segelintir orang yang menentukan”? Di dunia akademis Barat, khususnya di Amerika Serikat, studi tentang elite sudah berkembang cukup pesat dan jauh meninggalkan kita sebagai bangsa yang besar, majemuk, plural, dan terbagi menjadi daerah-daerah yang sangat banyak yang memungkinkan keberadaan beragam elite yang bersifat lokal. Al an mencatat dari buku Glenn D.Peige, The Scienti c Study Of Political Leadership (1977), ada sekitar 250 judul disertasi di Universitas terkemuka Amerika Serikat yang mengkaji tema elite dari berbagai sudut pandang.3
Kedua, kajian mengenai ekonomi pasca kolonial tidak bisa dipisahkan dari situasi dan kontestasi yang terjadi sebelumnya, dimana semangat kolonialisme yang didukung oleh berbagai kekuatan baik yang bersifat spiritual maupun sifat ekspansionisme seperti Etika Protestan, Etos China, etos dagang orang Jawa,4 spirit Islam atau semangat ingin menguasai dunia dengan menguasai sektor ekonomi sebagai kekuatan yang mutlak dibutuhkan. Hal ini sangat berdampak pada peta ekonomi dan politik di Indonesia di bawah kolonialisme Belanda. Kontestasi yang terjadi sangat berkaitan dengan apa yang disebut proses kapitalisasi: negara yang menguasai ekonomi, dialah yang menang. Dalam hal ini Onghokham berpendapat bahwa menengok sejarah kapitalisme Asia tenggara sangat berbeda dengan Eropa. Menurutnya, proses kapitalisme yang ada di wilayah ini adalah kapitalisme malu-malu kucing6 termasuk di dalamnya Indonesia yang bermaksud melakukan upaya revolusi industri yang ketinggalan sehingga hanya memunculkan konglomerat negara yang mengambil keuntungan dari proses distribusi produk industri negara maju ke negara Indonesia. Perusahaan negara juga memberikan kontribusi atas persoalan kesenjangan sosial dan terbentuknya bos-bos yang tidak mandiri dari negara. Kelompok pengusaha Indonesia ini mengetahui globalisasi perdagangan namun untuk kepentingan kelas mereka sendiri dan bagi sebagian besar masyarakat awam hanya menjadi lahan untuk meraih keuntungan dalam perdagangan bebas. Indonesia berada dalam jejaring Kapitalisme global dan hanya kaum bermodal yang mendapatkan keuntungan atas sistem politik dan ekonomi yang diterapkan oleh rezim. Posisi negara semakin kuat berdiri dari kekuatan Modal
dan Pasar dan para pengusaha. Pasar sebagai arena pertemuan antarberbagai kepentingan, bermacam-macam ideologi. Di Pasar tidak hanya barang ekonomi terpenuhi akan tetapi juga tawar-menawar politik dan budaza pun menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Hal ini kemudian memancing elite negara untuk terjun mengambil bagian dalam pasar yang tidak hanya menjadi pengatur atau pembuat regulasi akan tetapi juga melakukan ekspansi dalam kepemilikan modal dengan berbagai cara untuk akumulasi kapital. | en_US |
dc.description.abstract | Buku ini tentunya sedikit banyak memberikan kontribusi atas perdebatan mengenai formasi elit, kelas menengah (middle class) atau yang penulis sebut borjuasi di kalangan
kelompok pribumi Jawa, kelompok intelektual pada zaman- zaman berikutnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, luasnya kajian yang penulisa lakukan dalam rangka pembuatan karya tulis ini. Kedua, penulis berusaha melakukan pembacaam terhadap realitas histories yang menjangkau lebih dari dua abad yaitu semenjak Mataram Islam sampai pasca Kolonial/kemerdekaan. Hal ini tentunya mengalami beberapa penggalan sejarah yang dilakukan oleh penulisa sendiri. Saya berusaha membeberkan banyak data dengan analisa yang bisa dikatakan ”terbatas” dan ”sederhana”. Kesederhanaan inilah yang penulis maksudkan untuk menciptakan ruang diskusi, dan saling memberikan koreksi dan masukan untuk perbaikan karya di masa yang akan dating. Lengkap sudah penulis mendeskripskan karya dari bab satu sampai bab 7 yang memproyeksikan beberapa kelompok atau komunitas dagang Jawa di Kotagede abad 18-an. Atas saran pembimbing pula saya membuat proyeksi kepemimpinan elit bangsa yang bias belajar dari Kotagede. Satu hal bahwa kepemimpinan kelompok dagang bias runtuh akibat kegagalan mewariskan system ekonomi yang orientasi kekeluargaan menghadapi globalisme dan pergolakan politik baik local, nasional maupun internasional. | en_US |