PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM 1%, 3%, dan 5% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK MARSHALL
Abstract
Memilih menggunakan limbah styrofoam didasarkan pada tingkat perkembangan produksi bahan tersebut di Indonesia dan di seluruh dunia semakin meningkat. Masalah ini semakin besar dikarenakan styrofoam tidak dapat terurai apabila hanya dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk memanfaatkan limbah bahan tersebut menjadi sesuatu yang cukup berguna, salah satunya sebagai bahan tambah (additive) yang digunakan dalam campuran AC-WC, yang diharapkan untuk meningkatkan fungsi struktural jalan, mengurangi limbah styrofoam yang meningkat, dan dapat menekan biaya pembuatan campuran perkerasan tanpa mengurangi kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan styrofoam dalam campuran AC-WC dengan acuan SNI revisi 3 (tahun 2015) terhadap parameter Marshall.
Pada penelitian ini penggunaan styrofoam sebagai bahan tambah (additive) yang digunakan dalam campuran AC-WC dengan kadar aspal optimum sebesar 6% dan kadar styrofoam yang diuji sebesar 0%, 1%, 3%, dan 5% dengan metode Marshall.
Dari hasil penelitian dari nilai penetrasi, berat jenis, elastisitas cenderung menurun dengan bertambahnya kadar styrofoam dan untuk titik lembek semakin meningkat seiring bertambahnya kadar styrofoam. Selanjutnya untuk hasil KAO dari kadar aspal 7% dengan campuran Styrofoam pada pengujian Marshall yang meliputi nilai kerapatan (density), VFWA, Stabilitas, Kelelehan (Flow) dan Marshall Quotient (MQ) semakin meningkat dan untuk hasil dari VITM dan VMA semakin menurun seiring bertambahnya kadar styrofoam, namun untuk hasil VITM untuk 5% tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan yakni 4%-6% Dari hasil yang di dapat di sesuaikan dengan Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3).