dc.contributor.advisor | AMRIYANTO, HUSNI | |
dc.contributor.author | DEWANTO, PUNTO ADHIL | |
dc.date.accessioned | 2017-12-27T02:38:28Z | |
dc.date.available | 2017-12-27T02:38:28Z | |
dc.date.issued | 2017-12-16 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/16417 | |
dc.description | Skripsi ini menjelaskan mengenai langkah-langkah
advokasi yang dilakukan oleh ForBali sebagai social
movement kepada pemerintah Indonesia dalam melindungi
kawasan Teluk Benoa dari proyek reklamasi yang mengubah
kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi menjadi
kawasan pariwisata. Reklamasi Teluk Benoa adalah bentuk
eksploitasi pariwisata secara berlebihan sehingga berdampak
pada alih fungsi lahan hijau. Gerakan ForBali yang mewakili
kepentingan masyarakat lokal menganggap reklamasi akan
mengganggu tingkat ekosistem yang ada dan mengganggu
nilai-nilai kearifan lokal di wilayah Teluk Benoa. Isu
lingkungan dan kesenjangan pembangunan menjadi dasar bagi
ForBali untuk menyuarakan perlawanannya terhadap proyek
reklamasi, terlebih kebijakan pemerintah yang pro terhadap
investor tanpa memikirkan kepentingan dan suara masyarakat.
Proses advokasi yang dilakukan ForBali tersebut dianalisis
menggunakan Model Boomerang Pattern pada Transnational
Advocacy Network menurut Margareth Keck dan Kathryn
Sikkink. Analisis penulis akan difokuskan kepada langkahlangkah
advokasi yang dilakukan oleh ForBali dalam
menggagalkan proyek reklamasi melalui Information Politics,
Symbolic Politics, Leverage Politics, dan Accountability
Politics. Upaya advokasi tersebut bertujuan untuk
menyampaikan isu yang disuarakan oleh ForBali agar timbul
kesadaran sosial dari masyarakat dan juga untuk lebih mudah
di dengar oleh pemerintah dan mengawasi setiap kebijakan
pemerintah agar sesuai dengan kepentingan masyarakat luas. | en_US |
dc.description.abstract | This thesis explains about advocacy strategy of ForBALI as
social movement to the government of indonesia in protecting
Benoa Bay from the reclamation project that converts the
Benoa Bay as conservation area become a place for tourism.
Reclaiming the Benoa Bay is a form of exploitation of
Tourism and it also impacts on the function of green area
space. ForBALI movement representing the interests of local
people assume reclaiming would affect the ecosystem and
disturbing local values in Benoa Bay. Environment and
Developmental gap issue are the fundamental interest of
ForBALI to speak up their opposition to reclamation project,
moreover government policies support the investors without
considering and public interests. The advocacy strategy of
ForBALI analyzed by Boomerang Pattern on Transnational
Advocacy Network according to Margareth Keck and Kathryn
Sikkink. The writer analyzed focused on advocacy strategy by
ForBALI to reject the reclamation project by Information
Politics, Symbolic Politics, Leverage Politics, and
Accountability Politics. The efforts of advocacy strategy by
ForBALI to remind public society about environtment issue
and to observe every government policy to suitable of public
interests. | en_US |
dc.publisher | FISIP UMY | en_US |
dc.subject | Reclamation of Benoa Bay, Social Movement, Advocacy Strategy. Reklamasi Teluk Benoa, Gerakan Sosial, Strategi Advokasi | en_US |
dc.title | ADVOKASI ForBALI DALAM PROYEK REKLAMASI TELUK BENOA BALI (2013-2017) | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
811 | en_US |