dc.description | Pendahuluan
Pandemi Human Immunodeficiency Virus /Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) telah menjadi problem besar di Afrika dan benua lain. Prevalensi HIV AIDS cenderung terjadi peningkatan, sehingga tenaga kesehatan di berbagai wilayah di berbagai negara mengalami risiko terpapar infeksi HIV AIDS dari pasien. Upaya peningkatan pengetahuan dan informasi yang akurat tentang HIV AIDS menjadi hal yang sangat penting, karena dari studi menunjukkan bahwa pengetahuan dan kepercayaan petugas kesehatan tentang HIV AIDS kurang baik dan sikap terhadap HIV AIDS juga kurang baik (Umeh et al, 2008).
Sejak pertama kali kasus HIV dilaporkan di Indonesia tahun 1987, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat dengan cepat. Secara kumulatif kasus HIV & AIDS 1 April 1987 s.d. 17 Oktober 2014, terdapat kasus total HIV sebanyak 150,296 orang dan AIDS sebanyak 55,799 orang dan kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 9,796 orang. Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan propinsi, Propinsi D.I Yogyakarta menduduki peringkat ke-8 dari 33 provinsi di Indonesia, dimana terdapat angka prevalensi Kasus AIDS 26,49 (Kemenkes RI, 2014).
Pandemi HIV AIDS secara langsung maupun tidak langsung akan menambah beban masyarakat dan negara yang sulit diprediksi karena disebabkan oleh berbagai faktor. Pada saat ini sekitar 16 juta jiwa melakukan injeksi obat, 3 juta di antaranya berakibat mengidap HIV AIDS. Hal tersebut berperan penting terhadap penyebaran berbagai penyakit terutama HIV AIDS (Shahbazi et al, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2012), menyatakan bahwa kelompok remaja adalah kelompok yang menempati jumlah terbesar dari pengidap HIV/AIDS di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja antara lain perilaku seksual pranikah, seks bebas, dan penggunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif (NAPZA) secara suntik serta minimnya pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara edukasi tentang HIV AIDS dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS.
Bahan dan Metode
Penelitian ini penelitian quasy experimental dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling dengan 30 responden pada kelompok eksperimen dan 31 respoden pada kelompok kontrol. Analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon dan untuk uji beda menggunakan Mann Whitney. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Uji Normalitas Pretest dan Postest Pengetahuan Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Usia
Kelompok Eksperimen Usia
Kelompok Kontrol
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
14 tahun 3 10,0 2 6,5
15 tahun 22 73,3 19 61,3
16 tahun 4 13,3 8 25,8
17 tahun 1 3,3 2 6,5
Total 30 100,0 31 100,0
p = 0,395
Hasil uji normalitas dengan uji Saphiro Wilk pada semua data menunjukkan nilai p < 0,05 yang berarti distribusi data adalah tidak normal. Uji hipotesis yang digunakan ketika data tidak terdistribusi normal adalah uji non parametrik. Uji Non Parametrik yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney. Untuk menilai homogenitas dilakukan uji non parametrik dengan uji Mann-Whitney, dari uji ini didapatkan hasil untuk umur p = 0,395 (p > 0,05), ini menunjukkan bahwa subyek penelitian homogen antar kelompok (kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen).
Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan terhadap HIV AIDS pada kelompok Kontrol dan kelompok Perlakuan
Variabel
Kelompok Kontrol
n Mean SD Kelompok Perlakuan
n Mean SD
Pengetahuan
pre test
Pengetahuan
post test
31 8,44 1,13
31 9,63 1,13
30 10,56 1,15
30 15,17 1,15
p
0,980** 0,001*
*Signifikan (p < 0,05), Non Signifikan (p > 0,05)
Hasil pengukuran pengetahuan tetang HIV AIDS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok kontrol dilakukan uji Saphiro Wilk, disimpulkan data tidak normal. Hasil ini dilakukan uji Wilcoxon didapat p = 0,980 (p < 0,05), disimpulkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan antara pre test dan post test.
Hasil pengukuran pengetahuan tetang HIV AIDS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dilakukan uji Saphiro Wilk, disimpulkan data tidak normal. Hasil ini dilakukan uji Wilcoxon didapat p = 0,001 (p < 0,05), disimpulkan pada kelompok perlakuan k terdapat perbedaan antara pre test dan post test.
Tabel 3. Perbedaan Sikap terhadap HIV AIDS pada kelompok Kontrol dan kelompok Perlakuan
Variabel
Kelompok Kontrol
n Mean SD Kelompok Perlakuan
n Mean SD
Sikap pre test
Sikap post test
31 44,90 4,31
31 45,97 4,1
30 10,56 7,10
30 14,81 6,7
p
0,179** 0,02*
*Signifikan (p < 0,05), **Non Signifikan (p > 0,05)
Hasil pengukuran sikap tetang HIV AIDS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok kontrol dilakukan uji Saphiro Wilk, disimpulkan data tidak normal. Hasil ini dilakukan uji Wilcoxon didapat p = 0,179 (p > 0,05), disimpulkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan antara pre test dan post test.
Hasil pengukuran sikap tetang HIV AIDS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dilakukan uji Saphiro Wilk, disimpulkan data tidak normal. Hasil ini dilakukan uji Wilcoxon didapat p = 0,002 (p < 0,05), disimpulkan pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan antara pre test dan post test.
DISKUSI
Menurut The Health Resources and Service Administrations Guidlines America cit Kusmiran (2011) usia ini termasuk periode pertumbuhan dan perkembangan remaja dan termasuk dalam kategori remaja menengah. Tahap perkembangan pada usia ini biasanya memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar sehingga akan mencari tahu informasi sebanyak mungkin dan akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Remaja ini tidak lagi menerima informasi apa adanya tapi mereka akan memproses informasi tersebut dan mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan merupakan hasil mengingat sesuatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu. Tindakan yang didasari pengetahuan ini lebih langgeng dibanding tindakan yang tidak didasari pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness), merasa tertarik (interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (Mubarak dkk, 2007). Edukasi tentang HIV AIDS akan meningkatkan pengetahuan tentang HIV AIDS, pengetahuan yang tinggi diharapkan akan mempengaruhi sikap dan tindakan untuk melakukan sesuatu yang mempertinggi risiko terkena HIV AIDS.
Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut masalah emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2011). Pasca edukasi ternyata meningkatkan sikap terhadap HIV AIDS, semakin baiknya sikap terhadap HIV AIDS diharapkan akan mengurangi kecenderungan untuk melakukan tindakan yang akan mempertinggi risiko terkena HIV AIDS.
Peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap HIV AIDS disebabkan oleh penerimaan terhadap materi edukasi, penerimaan materi edukasi ini berperan sebagai reinforcement positif (penguatan positif) dan menjadi stimulus peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap HIV AIDS (Wei and Yazdanifard, 2014).
Kesimpulan
Edukasi tentang HIV AIDS pada remaja terbukti meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang HIV AIDS, peningkatan itu karena penerimaan edukasi yang menjadi reinforcement positif (penguatan positif).
Daftar Pustaka
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar edisi 2, Yogyakarta, hlm 4 – 24.
Hasanudin. 2008. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa SMAN 5 Palu dalam Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 1, No.4, 2008. Sulawesi.
Kemenkes RI 2014. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam: Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi II. Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, W.I,. Chayatin, N dan Rozikin, K.2007. Promosi Kesehatan Sebuah pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu, cetakan pertama, hlm 28 – 34.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Penelitian kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta; Pustaka Rihana.
Setyowati, D 2012. Gambaran Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Pelaku Seks Pranikah Di Universitas X Semarang. Diakses bulan Desember 2014 dari http://jurnal.unimus.ac.id .
Shahbazi, M, Farnia, M; Rahmani, K; Moradi, G, 2014. Trend of HIV/AIDS Prevalence and Related Interventions Administered in Prisons of Iran -13 Years' Experience, Iranian Journal of Public Health 43.4 2014: 471-479.
Umeh, C. N; Essien, E J; Ezedinachi, E. N; Ross, Michael W, 2008. Knowledge, beliefs and attitudes about HIV/AIDS-related issues, and the sources of knowledge among health care professionals in southern Nigeria,The Journal of the Royal Society for the Promotion of Health 128.5 2008: 233-239.
Wei,L.T dan Yazdanifard, R. 2014. The impact of Positive Reinforcement on Employees’ Performance in Organizations. American Journal of Industrial and Business Management, 9. | en_US |