dc.contributor.author | RAMADI, RAHMAT SYAFRIAN | |
dc.date.accessioned | 2020-03-06T03:04:20Z | |
dc.date.available | 2020-03-06T03:04:20Z | |
dc.date.issued | 2019-12-20 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/32390 | |
dc.description | Folklore is one form of literature in the archipelago. It can be used as a medium for moral formation. One of them is the folklore "Malin Kundang" which originated from West Sumatra. The story of Malin Kundang tells about a boy who was raised by his mother alone. But after he grew up, he did the opposite by hurting his mother's feelings. Therefore, this study aims to describe the lives of single parents (women) and the characteristics of the rebellious child in the folklore of Malin Kundang. This study uses a qualitative method. To achieve the objectives, this study used data collection techniques in the form of documentation and observation. Data analysis used is Charles Sanders Peirce's semiotic analysis by describing between sign, object, and interpretant. Then, the data findings are adjusted with the cultural background of the Malay Minangkabau. As a result, this study found that the lives of the single parents depicted in the story of "Malin Kundang" had an independent life but were difficult in terms of the economy. Whereas the character of the rebellious child found is a child that makes parents sad and cry (by abandoning), more concerns with his wife (by not recognizing parents) and disobeys parents' orders | en_US |
dc.description.abstract | Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk sastra yang ada di nusantara. Ia bisa digunakan sebagai media pembentukan moral. Salah satu di antaranya adalah cerita rakyat “Malin Kundang” yang bersal dari Sumatera Barat. Kisah Malin Kundang menceritakan tentang seorang anak lakilaki yang dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Namun setelah dewasa, dia malah berbuat sebaliknya dengan menyakiti perasaan ibunya. Itulah sebabnya, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan orang tua tunggal (wanita) dan seperti apa ciri-ciri dari anak durhaka dalam cerita rakyat Malin Kundang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis semiotika Charles Sanders Peirce dengan menjabarkan antara sign, objek dan interpretant. Kemudian, temuan data diselaraskan dengan latar budaya Melayu Minangkabau. Hasilnya, penelitian ini menemukan bahwa kehidupan orang tua tunggal yang digambarkan dalam kisah”Malin Kundang” memiliki kehidupan mandiri namun sulit dari segi perekonomian. Sedangkan karakter anak durhaka yang ditemukan adalah anak yang membuat orang tua sedih dan menangis (dengan menelantarkan), lebih mementingkan istri ( dengan tidak mengakui orang tua) dan tidak menuruti perintah orang tua. | en_US |
dc.publisher | FAI UMY | en_US |
dc.subject | SEMIOTICS | en_US |
dc.subject | SEMIOTIKA | en_US |
dc.subject | FOLKLORE | en_US |
dc.subject | CERITA RAKYAT | en_US |
dc.subject | REBELLIOUS CHILD | en_US |
dc.subject | ANAK DURHAKA | en_US |
dc.subject | SINGLE PARENT | en_US |
dc.subject | ORANG TUA TUNGGAL | en_US |
dc.title | REPRESENTASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK DURHAKA DALAM KISAH MALIN KUNDANG DENGAN LATAR BUDAYA MELAYU MINANGKABAU | en_US |
dc.type | ThesisSKR FAI 392 | en_US |