dc.description | Kesiapsiagaan yaitu merencanakan tindakan untuk merespon ketika terjadi bencana. Kesiapsiagaan juga bisa diartikan sebagai keadaan dimana keadaan orang atau masyarakat siap siaga dalam menghadapi bencana atau keadaan darurat (Adiwijaya, 2017). Sikap yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkingan terjadinya bencana untuk menghindari terjadinya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat yaitu sikap kesiapsiagaan (Ni made, Sahrir, & Maryam, 2018).
Pada tahun 2007 dan tahun 2014 gunung kelud erupsi dengan perubahan frekuensi yang diakibatkan oleh terbentuknya kubah lava di mulut kawah gunung. Letusan ini bersifat eksplosif dengan VEI ( Volcano Explosivity Index) maksimal 4 dan berlangsung singkat yaitu 2 hari atau kurang, kecuali letusan pada tahun 1990 dan 2007. Pada tahun 2014 letusan gunung kelud menyebabkan 56.089 mengungsi di 89 titik yang tersebar di beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten Kediri, Kota Batu, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang (Sugara, Alatas , Farida, & Ani , 2018).
Pada tahun 2013 Gunung Sinabung kembali erupsi besar di bulan September dan November, yang sebelumnya sudah diawali pada tahun 2010 sebanyak 2 kali letusan pada bulan Agustus dan September. April 2014 gunung sinabung kembali erupsi yang menyebabkan 15 orang meninggal dunia. 3000 orang diungsikan ke tempat yang lebih aman disebabkan oleh meletusnya kembali gunung sinabung pada bulan Juni 2015 (Sulistyaningsih & Widyanta, 2018)
Gunung Merapi yang berada di wilayah propinsi DIY dan Jawa tengah. Erupsi yang berdampak besar tahun 1994, 2006, dan 2010 dengan adanya korban jiwa, trauma. Pada tahun 1994 letusan gunung merapi secara tiba-tiba mengeluarkan lahar yang mengalir pada lembah daerah turgo dan akhirnya menempa acara pernikahan di bukit turgo yang mengakibatkan 54 tewas dan 81 orang dilarikan ke Rumah Sakit untuk diberikan penanganan intensif luka bakar. Letusan besar gunung merapi pada tahun 2010 puncak meletus tanggal 5 November 2010 mengarah ke sungai Gendol, memakan korban kurang lebih 200 orang tewas akibat letusan pada daerah yang sedang dilakukan evakuasi massal oleh pemerintah (Baxter & Horwell, 2015).
Ada 3 dusun yang termasuk dalam kawasan resiko bencana (KRB III, namun ketiga dusun tersebut masih tetap dihuni oleh warga, ketiga dusun ini berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Ketiga dusun tersebut sempat tidak mendapatkan bantuan dan fasilitas dari pemerintah Kabupaten Sleman, karena warga menolak untuk relokasi. (Saragih , Ni'am, Sirimorok, Yunifa , & Abdullah , 2014)
Berdasar kondisi diatas maka perlu diteliti kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggualangan dan pengurangan resiko dampak dari erupsi gunung api, adapaun tujuan khususnya adalah :
1. Mengetahui bentuk-bentuk kesiapan masyarakat dalam penanggulangan dampak erupsi gunung api
2. Mengetahui faktor-faktor kesiapsiagaan masyarakat
3. Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat dalam bidang kesehatan | en_US |
dc.description.abstract | Kesiapsiagaan dalam bencana dapat diartikan juga sebagai keadaan dimana keadaan orang atau masyarakat siap siaga dalam menghadapi bencana atau keadaan darurat. Erupsi gunung api merupakan salah satu bencana alam yang berdampak pada kondisi kegawat daruratan yang dapat menimbulkan korban jiwa, perlukaan, trauma, kecacatan adan atau dampak terganggunya kesehatan di masyarakat. Saat erupsi gunung Merapi tahun 1994 dan 2010 korban jiwa tercatat 251 orang meninggal, 81 orang luka bakar berat, dan lebih dari 200 orang dengan trauma lain, serta adanya pengungsian dibeberapa titik yang membawa dampak ganngguan kesehatan yang tidak sedikit. Ada 3 dusun di daerah lereng merapi dengan jarak 5 km dari puncak dan termasuk dalam kawasan rawan bencana(KRB), namun tetap dihuni oleh masyarakatnya, dan memiliki resiko yang sangat besar terjadinya ancaman kegawatdaruratan.
Tujuan penelitian ini mengetahui faktor-faktor kesiapsiagaan masyarakat bidang kesehatan dalam penanggulangan dampak erupsi gunung api.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Luaran dari penelitian ini adalah modul masyarakat tangguh bencana (MASTANA), oral presentation, publikasi dijurnal BNPB atau jurnal terakreditasi nasional. | en_US |