IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA PERIODE JULI 2015-MEI 2016
Abstract
Prevalensi Diabetes Melitus (DM) di D.I Yogyakarta tahun 2013 menduduki peringkat pertama dari seluruh provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi sebesar 2,6%. Kasus DM paling banyak ditemui pada DM tipe 2 degang persentase 90%. DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit metabolik kronik yang memiliki risiko timbulnya berbagai komplikasi. Komplikasi yang muncul dapat meningkatkan jumlah peresepan obat sehingga berpotensi terjadi Drug Related Problems (DRPs). DRPs adalah suatu peristiwa tidak diinginkan terkait penggunaan obat baik yang telah terjadi (aktual) atau berpeluang untuk terjadi (potensial). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori dan angka kejadian DRPs pada terapi pasien rawat inap DM tipe 2 PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta periode Juli 2015-Mei 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental secara deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan data pasien DM tipe 2 di PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dilakukan secara retrospektif dengan cara mencatat data rekam medis pasien. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 36 pasien dengan diagnosis DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis DRP dilakukan menggunakan acuan guideline DM seperti , Standar Pelayanan Medik (SPM) PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia tahun 2011, American Diabetes Asociation tahun 2016, dan Drug Interaction Fact (Tatro, 2013).
Hasil identifikasi DRPs pada penatalaksanaan pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta periode Juli 2015-Mei 2016 menunjukkan bahwa terdapat 13 pasien (36,11%) dari 36 pasien yang mengalami DRPs, yang terdiri dari 16 kejadian DRPs yaitu pada kategori butuh obat 10 kejadian (62,5%), obat tanpa indikasi 2 kejadian (12,5%), interaksi obat 3 kejadian (18,75%), salah obat 1 kejadian (6,25%), dosis terlalu kecil dan dosis terlalu besar tidak terdapat kejadian. Dilihat dari data tersebut angka kejadian DRPs kategori butuh obat yang memiliki persentase paling besar