PENERIMAAN PENONTON TERHADAP DISKRIMINASI DIFABEL TULI DALAM FILM “SILENCED” (STUDI PADA KOMUNITAS DEAF ART COMMUNITY JOGJA DAN MM KINE KLUB UMY)
Abstract
Film Silenced (2011) mengangkat kisah nyata kasus kekerasan fisik dan seksual
yang dialami murid-murid sekolah khusus Tuli, di Kota Mujin, Korea Selatan. Film ini
merepresentasikan tindak diskriminasi terhadap kaum Tuli yang diminoritaskan oleh
lingkungan sekitar, bahkan sistem pemerintahan. Film ini membawa dampak yang luar
biasa bagi masyarakat Korea Selatan, hingga mampu menarik perhatian dunia.
Peneliti menggunakan reception analysis Stuart Hall untuk mengetahui
tanggapan khalayak terkait diskriminasi difabel Tuli dalam Film Silenced. Informan
dalam penelitian ini adalah 5 orang penonton Tuli (Deaf Art Community Jogja) dan 5
orang penonton non-Tuli (MM Kine Klub UMY). Sehingga nantinya hasil penelitian
dapat digali dari dua sudut pandang.
Sebanyak 80% informan DAC Jogja menerima pesan dalam Film Silenced
dalam posisi dominant hegemonic dan 20% sisanya pada posisi negotiated. Sementara
67% informan MM Kine Klub UMY menempati posisi negotiated, 20% dominant
hegemonic dan 13% oppositional. Berdasarkan hasil yang didapat, peneliti
menyimpulkan bahwa pemaknaan yang berbeda dan unik dari masing-masing
informan dipengaruhi oleh latar belakang kontekstual yang dimiliknya. Hal ini
sekaligus membuktikan konsep khalayak aktif.