HUBUNGAN ANTARA TEKANAN INTRAOKULER DENGAN BERAT BADAN BERLEBIH PADA KELOMPOK USIA 40 – 60 TAHUN
Abstract
Latar Belakang: Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai
dengan pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang
disertai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko
terjadinya glaukoma. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak
setelah katarak di seluruh dunia. Peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi
oleh banyak hal, salah satunya akumulasi lemak di dalam tubuh. Pada tahun 2013
WHO melaporkan bahwa 10% dari seluruh penduduk dunia mengalami obesitas.
Studi ini diperlukan untuk menilai hubungan antara tekanan intraokuler dengan
berat badan berlebih.
Metode: Studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
dilakukan terhadap 43 sampel penelitian dengan usia 40 – 60 tahun dengan
melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dan Tekanan Intraokuler dalam satu
waktu. Analisa data dengan SPSS menggunakan uji korelasi Pearson untuk
mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara tekanan intraokuler dengan berat
badan berlebih.
Hasil: Pada penelitian ini dari jumlah 43 responden berusia 40 – 60 tahun
didapatkan prevalensi berat badan berlebih sebesar 60,5% dengan IMT > 24,9
kg/m2 yang terdiri dari 41,8% overweight (IMT 25-29,9 kg/m2), 16,2% obesitas
tingkat I (IMT 30-35 kg/m2), dan 2,3% obesitas tingkat III (IMT >35 kg/m2).
Nilai rerata TIO pada penderita berat badan berlebih adalah 19,4 mmHg
sedangkan nilai rerata TIO pada variabel kontrol adalah sebesar 14,9 mmHg. Uji
korelasi menggunakan Pearson didapatkan adanya hubungan bermakna antara
TIO dengan IMT (p=0,000) dengan nilai korelasi 0,656.
Kesimpulan: Nilai TIO pada penderita berat badan berlebih lebih tinggi dairipada
nilai TIO pada variabel kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara tekanan intraokuler dengan berat badan berlebih pada kelompok usia 40 –
60 tahun.