Show simple item record

dc.contributor.advisorHERNINGTYAS, RATIH
dc.contributor.authorPANGESTU, FEBRIYANTO
dc.date.accessioned2017-09-02T02:47:39Z
dc.date.available2017-09-02T02:47:39Z
dc.date.issued2017-08-19
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/14311
dc.descriptionThe high level of industry conducted by developed countries in the world of course it causes a very high emission increase which then raises environmental issues. The main issue in this environmental issue is the issue of Global Warming, which has caused the disruption of global climate stability. To overcome this situation, a meeting was held in Kyoto, Japan to enter into an agreement which resulted in the Kyoto Protocol. Japan as the world's largest pollutant country and also included in the category of Annex-1 countries in the Kyoto Protocol has realized and has felt the impact of global warming feeling responsible for this condition. Japan will reduce emissions but do not want to reduce its industry level, so the most appropriate way to reduce emissions is to work with developing countries that have large tropical forests and ask to safeguard and conserve their forests to maintain carbon, of course with carbon trading mechanism. Japan chose Indonesia as one of the partners in the cooperation because Japan considers Indonesia as a developing country that has a considerable amount of tropical forest.en_US
dc.description.abstractTingginya tingkat industri yang dilakukan oleh negara-negara maju yang ada di dunia tentunya hal tesebut menimbulkan peningkat,an emisi yang sangat tinggi yang kemudian menimbulkan isu lingkungan. Isu utama dalam masalah lingkungan ini adalah masalah Global Warming, yang dimana hal tersebut telah mengakibatkan terganggunya stabilitas iklim dunia. Untuk mengatasi keadaan ini maka diadakanlah pertemuan di Kyoto, Jepang untuk mengadakan perjanjian yang hasilnya dikenal dengan Protokol Kyoto. Jepang sebagai negara penghasil polutan terbesar di dunia dan juga termasuk dalam kategori negara Annex-1 dalam Protokol Kyoto telah menyadari dan telah merasakan dampak dari pemanasan global tersebut merasa bertanggung jawab terhadap kondisi ini. Jepang akan mengurangi emisi tetapi tidak ingin mengurangi tingkat industrinya, maka dari itu cara yang paling tepat untuk mengurangi emisi adalah dengan cara bekerjasama dengan negara berkembang yang memiliki hutan tropis besar dan meminta untuk menjaga serta melestarikan hutan yang dimiliki guna memelihara karbon, tentunya dengan mekanisme perdagangan karbon. Jepang memilih Indonesia sebagai salah satu mitra dalam kerjasama tersebut karena Jepang menilai Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki jumlah luasan hutan tropis yang cukup luas.en_US
dc.publisherFISIP UMYen_US
dc.subjectisu lingkungan, emisi karbon, protokol kyoto, perdagangan karbon, indonesia-jepang. environmental issues, carbon emissions, kyoto protocol, carbon trading, indonesia-japanen_US
dc.titleIMPLEMENTASI PERDAGANGAN KARBON ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN JEPANG PADA TAHUN 2013-2016en_US
dc.typeThesis SKR FISIP 556en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record