Show simple item record

dc.contributor.advisorSUDARISMAN
dc.contributor.advisorRAHMAN, MUHAMMAD BUDI NUR
dc.contributor.authorSUPRIYADI, ANDI
dc.date.accessioned2017-09-28T05:57:06Z
dc.date.available2017-09-28T05:57:06Z
dc.date.issued2017-08-16
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/15141
dc.description.abstractTanaman Arenga pinnata (pohon aren) banyak tumbuh di hutan Indonesia, pohon aren menghasilkan serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk. Dalam pemanfaatannya ijuk kerap kali digunakan sebagai sapu, sikat, tali, atap rumah dan pencegah erosi. Saat ini penggunaan serat ijuk sudah dikembangkan untuk bahan baku industri material komposit. Namun dari beberapa penelitian yang telah dilakukan penggunaan serat ijuk (serat alam) sebagai penguat material komposit polimer terkadang tidak cukup menjawab tuntutan kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuat komposit hybrid yang diperkuat serat alam dan serat sintetis sehingga diperoleh material baru yang memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Uji bending merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Fenomena bending sering terjadi pada bidang kontruksi, otomotif dan pada bidang teknik lainnya. Namun dalam material komposit untuk pengujian bending masih sangat jarang dilakukan, sehingga perlu adanya kajian tentang pengujian bending pada material komposit. Pembuatan komposit hybrid serat ijuk acak/serat gelas searah epoksi menggunakan press mold dan dilakukan pengujian bending mengacu pada ASTM D-790. Perbandingan fraksi volume serat 0,3, dengan lima hybrid ratio ( ) yaitu 0,0, 0,1, 0,2, 0,3 dan 0,4. Kemudian menganalisis pengaruh variasi panjang Span L/d = 16, L/d= 24 dan L/d =32 terhadap karakteristik lentur. Dari hasil yang telah dicapai bahwa semakin bertambahnya fraksi volume serat gelas semakin meningkatkan kekuatan bending dan modulus elastistas, namun pada L/d = 32 dan L/d = 24 peningkatan memiliki titik maksimal. Hasil kekuatan bending tertinggi diperoleh pada L/d = 32 dengan hybrid ratio (rh) 0,2 yaitu sebesar 127,659 MPa sedangkan untuk kekuatan bending terendah diperoleh pada L/d = 16 dengan hybrid ratio (rh) 0,0 yaitu sebesar 30,731 MPa. Untuk nilai regangan menurun dipenambahan volume serat gelas pada rh 0,1, hasil regangan bending tertinggi diperoleh pada L/d = 16 dengan hyrid ratio (rh) yaitu sebesar 0,106 mm/mm dan untuk regangan bending terendah diperoleh pada L/d = 32 dengan hybrid ratio (rh) 0,1 yaitu sebesar 0,045 mm/mm. Sedangkan hasil modulus elastisitas tertinggi diperoleh pada L/d = 32 dengan hybrid ratio (rh) 0,3 yaitu sebesar 2,018 GPa lalu untuk hasil modulus elastisitas terendah diperoleh pada L/d = 16 dengan hybrid ratio (rh) 0,0 yaitu sebesar 0,544 GPa.en_US
dc.publisherFT UMYen_US
dc.subjectKomposit hybrid, hybrid ratio, Serat ijuk, Serat gelas, bendingen_US
dc.titlePEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LENTUR KOMPOSIT HYBRID SERAT IJUK ACAK/SERAT GELAS SEARAH BERMATRIKS EPOKSIen_US
dc.typeThesis SKR F T 398en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record