HUBUNGAN RUSIA DAN PALESTINA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN VLADIMIR PUTIN SEJAK TAHUN 2012
Abstract
Hubungan antara Rusia dan Palestina memang bukanlah sesuatu yang dapat
dikatakan spesial, hubungan ini bahkan dapat dikatakan biasa biasa saja jika kita
lihat dari intensitas hubungan antara kedua negara ini. Namun, apa yang didapatkan
dari hubungan tersebut merupakan sesuatu, terutama bagi negara Rusia sendiri.
Hubungan yang dibentuk memberikan kedua negara mendapatkan tujuan dari apa
yang mereka inginkan. Palestina yang menginginkan status kenegaraan nya naik di
mata PBB dan dunia, berhasil didapatkan walaupun belum sesuai dengan keinginan
dan cita-cita Palestina. Serta, Palestina mendapat dukungan untuk penyelesaian
antara konfliknya dengan Israel yang telah lama terjadi. Namun, kembali pada
fokus yang dibahas pada pembahasan penelitian ini adalah apa yang menjadi alasan
oleh Rusia dari hasil mereka menjalin hubungan baik dengan Palestina pada masa
pemerintahan Presiden Vladimir Putin periode kedua.
Vladimir Putin, mulai menjabat kembali sebagai pemimpin dari Rusia untuk yang
kedua kalinya pada tahun 2012. Putin yang sebelumnya telah berhasil memimpin
Rusia dengan sangat baik dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang
ada di Rusia, kali ini memiliki tujuan yang berbeda di kepemimpinannya yang
kedua. Pertama kali Putin memimpin ialah ia ingin untuk memperbaiki Rusia akibat
hasil kepemimpinan dari Presiden pertama Rusia, Boris Yeltsin. PR yang
ditinggalkan oleh Yeltsin merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh Putin dan terbukti, PR yang ditinggalkan dapat dikerjakan dengan baik oleh Putin. Kali ini,
Putin memiliki tujuan yang berbeda, ia ingin mengembalikan kekuasaan dan
kekuatan Rusia seperti yang pernah dimiliki oleh Uni Soviet dulu. Dikutip dari
sebuah media online bahwa Putin sempat membuat pernyataan yang menurut dunia
cukup mengejutkan, pasalnya pada saat itu Putin baru saja dilantik menjadi
Presiden Rusia. Didalam pernyataannya itu, Putin mengutarakan keinginannya
untuk mengembalikan kejayaan Rusia.