MELEMAHNYA ADAT DAN MENURUNNYA STATUS SOSIAL EKONOMI
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah memetakan
perubahan sosial dalam bentuk melemahnya adat dan
menurunnya status sosial ekonomi pada komuniats adat
Depati Rencong Telang, Pulau Sangkar Kerinci-Jambi, pada
periode 1980-2005. Untuk itu penelitian menggunakan
pendekatan fenomenologis. Dalam rangka itu telah dilakukan
wawancara mendalam terhadap 52 informan melalui dua
tahap penelitian lapangan. Setelah melakukan analisa maka
diperoleh kesimpulan sebabagi berikut.
Pertama, Pulau Sangkar jauh sebelum Indonesia
merdeka merupakan ibukota kerajaan federatif Pamuncak
nan Tigo Kaum. Setelah kerajaan ini redup, Pulau Sangkar
menjadi bagian dari kerajaan Depati Empat Alam Kerinci.
Dalam semua periode itu adat sangat fungsional dalam
masyarakat Pulau Sangkar.
Kedua, berbagai konflik internal pernah terjadi
dalam komunitas adat ini sebelumnya dan berujung
pada makin menguatnya adat. Tetapi sejak dekade 1980-an
konflik yang berlarut membuat adat mengalami
marginalisasi, sampai dewasa ini. Konflik pada dua dekade
terakhir ini terjadi karena: pertama, pemangku adat disusun
hanya berdasar alo (alur, garis keturunan). Aspek patut
(mengerti tentang adat yang berintikan syarak atau agama,
karena adat bersandi syarak dan syarak bersendi kitabullah)
tidak terpenuhi. Kedua, krisis ekonomi.
Ketiga, Menurunnya kehidupan sosial ekonomi di
Pulau Sangkar terjadi sejak akhir 1990-an. Sejak 1999 harga
kulit manis dan kopi tetap bertahan sebagaimana harga pada
tahun 1960-an, sementara berbagai harga kebutuhan
meningkat drastis, menyebabkan orang Pulau Sangkar
kehilangan daya beli. Maka banyak para induk semang
menjadi anak upa, dan para pendatang dan anak negeri
sendiri meninggalkan Pulau Sangkar.