View Item 
      •   UMY Repository
      • 04. LECTURERS ACADEMIC ACTIVITIES
      • CONFERENCE
      • View Item
      •   UMY Repository
      • 04. LECTURERS ACADEMIC ACTIVITIES
      • CONFERENCE
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      BATIK PEWARNA ALAM MENJADI PELUANG EKSPOR YANG BERNILAI JUAL TINGGI

      Thumbnail
      View/Open
      Prosiding Semnas Abdimas JDP 2018.pdf (1.178Mb)
      Date
      2018-08-18
      Author
      ZAENURI, MUCHAMAD
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      UNESCO melalui Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC telah mengukuhkan Yogyakarta sebagai kota batik dunia. Pada peringatan 50 tahun organisasi tersebut di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok pada 18-23 Oktober 2014. Memang batik digemari hampir semua orang di seluruh dunia dari yang tua sampai yang muda. Tingkat pemakaian batik yang sangat tinggi tidak hanya dipakai dipakai orang Indonesia saja tetapi juga digunakan oleh wisatawan manca negara. Para wisatawan manca negara ini selain menggunakan batik untuk dipakai sendiri juga digunakan sebagai cinderamata saat pulang kembali ke negaranya masing-masing. Dengan demikian batik secara tidak langsung sudah menjadi komoditi dan berpeluang ekspor ke manca negara. Karena melihat peluang pasar yang sedemikian besarnya maka banyak pengusaha batik yang berusaha mengekspor produknya ke luar negeri. Awalnya batik hanya menggunakan pewarna sintetis untuk menghasilkan warnawarna yang menarik. Tetapi dalam perkembangannya ternyata pewarna sintetis ini dapat menimbulkan gangguan pada mahkluk hidup setelah proses produksi selesai atau hasil limbahnya yang merusak lingkungan. Gangguan lingkungan tidak hanya dialami oleh manusia saja melainkan juga oleh tumbuhan dan hewan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kemudian dikembangkanlah batik pewarna alam. Batik pewarna alam memang dari sisi pembuatan agak lebih rumit dibanding pembuatan batik sintetis. Selain bahan baku pembuat warnanya juga lebih sulit didapatkan tetapi pengusaha batik banyak yang mulai memilih batik pewarna alam ini karena dari harga jualnya bernilai lebih tinggi dibanding batik sintetis. Meskipun begitu pengusaha batik juga tetap membuat batik sintetis sebagai alternatif penjualan karena harganya lebih murah. Tentunya konsumen diberi pilihan mau membeli dengan harga murah atau dengan harga mahal. Untuk batik pewarna alam harga rata-rata yang dipasang minimal 400 ribu sampai jutaan rupiah.
      URI
      http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/24364
      Collections
      • CONFERENCE

      DSpace software copyright © 2002-2015  DuraSpace
      Contact Us | Send Feedback
      Theme by 
      @mire NV
       

       

      Browse

      All of UMY RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      DSpace software copyright © 2002-2015  DuraSpace
      Contact Us | Send Feedback
      Theme by 
      @mire NV