BIOGRAFI INTELEKTUAL IMAM AL-BUKHARI
Abstract
Buku "Biografi Intelektual Imam al-Bukhari" Pustaka Kautsar Jakarta 2011
Mengenal dan Mencintai Imam al-Bukhari.
Seorang muslim mana yang tidak pernah mendengar dan melantunkan namanya. Namanya hadir di setiap ruang keilmuan umat Islam, dari pengajian sederhana ibu-ibu hingga kelas kuliah Islamic Studies serius, mulai dari Yogyakarta, Cairo, Madinah hingga Oxford, Leiden dan Boston. Setiap tersebut hadits Nabi Saw., namanya pasti mengiringi dengan sebuah pernyataan "Hadits ini diriwayatkan oleh (HR) Bukhari". Sebuah kompi pasukan militer di Maroko menamakan diri dengan Al-Bukhariyah, dikarenakan setiap mereka bertugas selalu membawa-membaca Kitab Shahih al-Bukhari. Dialah Imam Al-Bukhari, pengarang kitab Shahih al-Bukhari, kitab kedua paling absah setelah Al-Qur'an dalam hirarki struktur keilmuan Islam. Demikian ijma' (kesepakatan) para ulama Islam.
Meski dia dikenal dan melekat di hati umat Islam, namun boleh jadi umat tidak mengenalnya secara mendalam akan sisi kehidupan keseharian maupun intelektualnya. Kedalaman pengetahuan akan Imam Bukhari ditenggelamkan oleh nama-nama besar ulama fikih dan tasawwuf, seperti Imam mazhab fikih empat (Malik, Hanafi, Syafii, dan Hanbali) dan nama-nama seperti al-Ghazali dan Abdul Qadir Jaelani.
Maka buku ini adalah gambaran ensikopedis-intelektual mengenai kehidupan sang Imam. Tentang keluarga yang membesarkannya, masa kecilnya dimana ia pernah mengalami kebutaan, guru-guru yang takjub akan kejeniusan dan kekuatan hafalannya, teman-teman interaksi dan seperguruan yang sangat menyayanginya, akhlak dan kehidupannya yang sederhana (pernah sampai dia hanya mempunyai sehelai pakaian sehingga harus menunggu ketika pakaian itu tercuci dan kering), bisnisnya dengan sistem mudharabah (bagi hasil), ketika 100 ulama Baghdad menguji hafalan haditsnya dengan membolak-balik sanad dan isi 100 hadits, ketika dia difitnah karena enggan mengajarkan kitabnya di sebuah istana yang megah milik seorang penguasa, bagaimana dia harus berkeliling bolak-balik wilayah Timur Tengah (dari Bukhara di Asia Tengah hingga Baghdad, Madinah, Mekah, Yaman, Cairo, Damaskus) untuk mengumpul dan menyeleksi Hadits Nabi Saw. (berjalan sekian ribu kilometer), ketika hendak memasukkan dan menuliskan sebuah hadits ke dalam kitabnya ia harus berwudhu dan shalat dua rakaat (padahal jumlah hadits dalam kitabnya ribuan), kritik-kritiknya terhadap perawi hadits yang sangat halus, pendapat-pendapat fikihnya yang ternyata juga boleh menjadi pilihan bagi kita, tentang sekitar 200-an kitab komentar-keterangan (syarh) atas kitabnya Shahih al-Bukhari, tentang buku sejarah individu (biografi) para perawi hadits (karangannya adalah yang pertama dalam kajian ini), tentang seluk-beluk (dari A-Z) mengenai kitabnya Shahih al-Bukhari (mulai dari metodologi hingga kitab-kitab komentar atasnya), kritik dari ulama-cendekiawan muslim hingga para orientalis, ternyata ia tidak menikah (sibuk dengan Hadits Nabi Saw), dan wafatnya yang tanpa iring-iringan pengantar jenazah, namun khidmat. Beliaulah Imam Al-Bukahri, yang tidak hanya seorang ulama ahli hadits, tapi juga ahli fikih dan sejarawan kondang.
Maka buku ini layak menjadi pengantar untuk mengenal lebih dalam kehidupan Sang Imam ahli Hadits. Setelah mengenal, kita pun akan mencintainya lebih. Semoga