KEBIJAKAN KOREA SELATAN MENGGUNAKAN BANTUAN IMF DALAM MENGHADAPI KRISIS MONETER ASIA TAHUN 1997
Abstract
Krisis Keuangan Asia diawali dengan jatuhnya mata uang Baht Thailand pada Juni 1997, krisis ini melanda hampir semua negara di Asia, salah satunya Korea Selatan. Korea Selatan yang saat itu menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke11 dunia, turut menerima imbas krisis Thailand. Tanggal 23 Januari tahun 1997, salah satu perusahaan besar Korea Selatan yaitu 'Hanbo Iron&Steel' menjadi bangkrut akibat obligasi yang tidak ada harganya dan di dalam proses pinjaman dana yang besar itu, terdapat korupsi yang melibatkan dunia politik dan keuangan. Hal ini membuat para investor asing yang kehilangan minat pada pasar Korea Selatan meninggalkan pasar saham, sehingga harga saham kolaps dan nilai tukar mata uang won terhadap dolar Amerika juga anjlok. Karena situasi ini, akhirnya, pada bulan November, agenda untuk meminta bantuan keuangan kepada IMF dibahas secara terbuka, dan Korea Selatan memasuki kerangka IMF mulai tanggal 3 Desember 1997. Selama masa peminjaman bantuan IMF, Korea Selatan berhasil pulih dengan cepat dan dapat membayar utangnya 3 tahun lebih cepat dari target yang diagendakan. Adapun faktor yang mempengaruhi cepatnya proses pemulihan Korea Selatan adalah faktor eksternal dan internal yang dimana eksternal berupa kesepakatan dengan IMF dan internal berupa kebijakan dari pemerintah Korea Selatan dalam menangani krisis moneter Asia pada tahun 1997.