ANALISIS KELAYAKAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN MOCAF DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Abstract
ANALISIS KELAYAKAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN
MOCAF DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. (Skripsi dibimbing oleh Francy Risvansuna F, SP, MP & Ir.
Eni Istiyanti, MP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan,
pendapatan dan keuntungan, kelayakan dan nilai tambah produk olahan mocaf di
Kabupaten Gunung Kidul. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) serta penentuan responden dilakukan secara sensus. Jumlah responden
yaitu 3 agroindustri dengan 8 produk yang dibedakan menjadi produk olahan mocaf
murni meliputi eggroll; produk olahan mocaf campuran utama meliputi mie, bolen,
tiwul ayu dan brownies; serta produk olahan mocaf campuran tambahan meliputi
keripik pare, keripik terong dan keripik daun singkong. Penerimaan produk olahan
mocaf murni sebesar Rp 950.000 per minggu, penerimaan terbesar produk olahan
mocaf campuran utama yaitu bolen sebesar Rp 9.000.000 dan penerimaan produk
olahan mocaf campuran tambahan sebesar Rp 1.250.000. Pendapatan dan
keuntungan produk olahan mocaf murni dengan nilai Rp 379.115 dan Rp 299.203
per minggu, pendapatan dan keuntungan terbesar produk olahan mocaf campuran
utama yaitu bolen dengan nilai Rp 6.863.620 dan Rp 6.733.942, dan pendapatan
dan keuntungan terbesar produk olahan mocaf campuran tambahan yaitu keripik
pare dengan nilai Rp 893.172 dan Rp 877.589. Kelayakan berdasarkan nilai R/C
pada produk olahan mocaf murni, produk olahan mocaf campuran utama dan
produk olahan mocaf campuran tambahan memiliki nilai > 1 sehingga dikatakan
layak. Berdasarkan produktivitas tenaga kerja produk olahan mocaf dikatakan layak
karena memiliki nilai lebih besar dari upah buruh setempat. Berdasarkan
produktivitas modal produk olahan mocaf dikatakan layak karena memiliki nilai
lebih besar dari suku bunga bank. Rasio nilai tambah produk mocaf murni sebesar
40,7% serta rasio nilai tambah terbesar produk mocaf campuran utama yaitu bolen
sebesar 76,3%. Kedepannya diharapkan agroindustri lebih meningkatkan jumlah
produksi bolen karena memiliki rasio nilai tambah dan R/C terbesar.