ANALISIS PEROLEHAN SUARA PASANGAN JOKOWI-JK PILPRES 2014 DI KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMUR
Abstract
Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia, yang sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada pemilihan presiden tahun 2014 pasangan Jokowi-JK mengalami kekalahan di Kota Probolinggo dimana daerah ini adalah basis suara dari partai PDI P. Pada massa pengenalan calon Presiden Partai menggunakan Mesin Politik DPC PDI P yang ada di Kota Probolinggo yang telah berhasil memenangkan pertarungan di tingkat lokal kota 3 periode untuk Walikota dan 2 Periode untuk kursi terbanyak di DPRD beserta ketua DPRD yang berasal dari PDI P juga.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mendapatkan informasi data penelitian, metode purposive sampling Teknik ini dipilih karena dalam menentukan sampel sumber data harus berdasarkan pertimbangan, yaitu peneliti mempertimbangankan informan-informan yang dipilih menguasai dan paham tentang Rekap Pilpres 2014 Pasangan Jokowi-Jk Kota Probolinggo.
Temuan panalitian ini adalah sebagai berikut. Pertama Kota Probolingoo basis dari partai PDI P gagal memenangkan pasangan Jokowi-JK di daerah ini kemenangan kepala daerah dan legislative di kota ini dalam beberapa periode bukanlah jaminan. Kedua Peran patron pada massa kampanye yang diharapkan akan membawa suara yang memuaskan ternyata tidak berdampak besar dalam pilpres 2014, para patron yang diwakili para kiyai dan pimpinan pondok pesantren dan tokoh masyarakat tidak mampu berbuat banyak mengakomodir client terhadap hasil akhir suara. Ketiga Rasionalitas pemilih Kota Probolinggo lebih melihat hasil kinerja kepala daerah mereka selama setahun terakhir sebelum pemilu presiden, masyarakat Kota Probolinggo menilai kepala daerah mereka yang diusung partai PDI P dianggap tidak berhasil melanjutkan estafet program walikota sebelumnya. Dan walikota saat ini berbeda jauh gaya kepemimpinanya, sehingga masyarakat terkesan melakukan balasdendam terhadap partai PDI P dan tidak memilih pasangan Jokowi-JK pada saat pemilu presiden 2014. Keempat konflik internal DPC PDI P juga mempengaruhi tingkat perolehan suara, konflik yang berkelanjutan antara mantan ketua DPC sebelumnya dengan ketua yang saat ini. Akan tetapi marketing politik yang dilakukan tim pemenangan Jokowi-JK di Kota Probolinggo cukup berhasil Dalam menentukan produk politik tim pemenangan mempertimbangakan survey elektabilitas, nilai jual, karakteristik kandidat, serta keterwakilan wilayah. Dengan demikian tim pemenangan menetapkan Jokowi-JK sebagai produk politik. Jokowi dengan elektabilitas 72% dari 90% JK sebagai representatif Indonesia bagian Timur, dan Jokowi sebagai representatif Indonesia bagian Barat. Sehingga produk politik Jokowi-JK memiliki nilai jual yang tinggi.