Modalitas Calon Bupati Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2015 (Studi Kasus : Indah Putri Indriani Sebagai Bupati Terpilih di Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan)
Abstract
Dalam sejarah kontestasi politik di Sulawesi Selatan seperti pemilukada, belum pernah ada seorang perempuan yang berhasil memenangkan sebuah pemilukada. Terlebih calon perempuan tersebut adalah seorang pendatang di daerah pemilihan tersebut, sedangkan lawan politiknya dalam pemilukada adalah seorang petahana. seorang petahana dianggap memiliki peluang yang lebih besar dari pada para kandidat lainnya, karena dianggap telah memiliki modal lebih seperti tingkat popularitas dan figuritas. Perempuan dalam kontestasi politik tentu juga memiliki peluang yang sama dengan kandidat lainnya, meskipun partisipasi perempuan dalam sebuah kontestasi politik masih saja menjadi isu – isu yang menyudutkan kaum perempuan. Tetapi hal tersebut masih bisa diminimalisir tergantung bagaimana kekuatan modal yang dimiliki oleh para kandidat. Seorang kandidat haruslah memiliki akumalasi modal yang lebih sehingga mampu memenangkan sebuah kontestasi (pierre bourdieu). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mempelajari bagaimana modalitas yang dimiliki oleh para kandidat dalam penyelenggaraan pemilukada. Studi pada Indah Putri Indriani sebagai bupati terpilih di kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan 4 modalitas dominan yang dimiliki oleh Indah Putri Indriani dibandingkan dengan kandidat petahana, modalitas tersebut adalah modal sosial, budaya, politik dan ekonomi. Dari keempat modalitas yang dimiliki oleh Indah Putri Indriani tersebut, modal politik merupakan modal yang paling dominan. Hal ini membuktikan bahwa Indah Putri Indriani sebagai seorang perempuan dan juga pendatang mampu mengakumulasi modal yang dimilikinya, sehingga Indah Putri Indriani berhasil memenangkan sebuah kontestasi politik dan sekaligus berhasil menjadi bupati perempuan pertama di sulawesi selatan.