dc.contributor.author | AZZAM, MUHAMMAD THORIQ FAUZUL | |
dc.date.accessioned | 2018-05-23T04:00:32Z | |
dc.date.available | 2018-05-23T04:00:32Z | |
dc.date.issued | 2018-04-20 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/19006 | |
dc.description | Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang strataegi apa yang digunakan Rusia setelah Pesawat F-16 milik Turki menembak jatuh Pesawat SU-24 milik Rusia diperbatasan Turki-Suriah pada 24 November 2015. Insiden ini membuat Hubungan Bilateral yang telah dibangun oleh kedua Negara sejak 1600-an ini memburuk, tetapi, bukan berarti Hubungan bilateral yang telah dibangun sejak abad ke 15 ini selalu berjalan dengan mulus. Menurut Presiden Vladir Putin, apa yang dilakukan oleh Turki adalah penusukan dari belakang, karena penyerangan yang sangat tiba-tiba. Kedua Negara saling melontarkan argumen yang berbeda, dimana Turki mengatakan bahwa Rusia telah melanggar wilayah udara milik Turki, tetapi salah satu pilot dari Rusia yang selamat dari penembakan tersebut mengatakan hal sebaliknya. Dalam hal ini, Rusia harus membuat sebuah Strategi, yang mana strategi tersebut untuk membuat Turki menyesal akan perbuatannya. Strategi yang dilakukan oleh Rusia berupa Strategi Konfrontasi, dimana salah satu tindakan yang dilakukan oleh Negara yang mengambil Strategi ini yaitu pemboikotan. Pemboikotan yang dilakukan Rusia berupa pemboikotan kerjasama ekonomi secara luas terhadap Turki. | en_US |
dc.description.abstract | This Study was created with aim to know about Russia’s Strategy Towards Turkey after the Turkish F-16 Aircraft shot down Russia’s SU-24 warplane on Turkish-Syria border on November 24, 2015. This incident made the Bilateral Relationship that had been built by both countries since the 1600s to deteriorate, but that does not mean bilateral relations built since the 15th century is always running smoothly. President Vladir Putin, what Turkey did was “a stab in the back,” because of a sudden attack. Both sides present arguments through reciprocal statement in order to justify their action. Turkey said that Russia had violated Turkey's airspace, but one of the Russian pilots who survived the shooting said otherwise. In this case, Russia must create a Strategy, which is the strategy to make Turkey regret for its actions. The strategy to be undertaken by Russia is the Confrontation Strategy, where one of the actions taken by the State that adopted this Strategy is a boycott. The Russian boycott was a boycott of widespread economic cooperation against Turkey. | en_US |
dc.publisher | FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA | en_US |
dc.subject | Russia’s Strategy Towards Turkey, Russian-Turkish Relations, Shot Down Russia’s SU-24. Strategi Rusia terhadap Turki, Hubungan Bilateral Rusia-Turki, Penembakan Pesawat | en_US |
dc.title | RESPON RUSIA MENGHADAPI AGRESIVITAS TURKI PASCA PENEMBAKAN PESAWAT SU-24 PADA TAHUN 2015 | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
FISIP
051 | en_US |