KOMUNIKASI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM PENATAAN KAWASAN MALIOBORO TAHUN 2015-2016
Abstract
Malioboro sebagai ikon Kota Yogyakarta adalah wajah yang ditampilkan kepada dunia.Maka , diharapkan Kawasan Malioboro tertata indah dan dapat digunakan dengan maksimal oleh semua masyarakat yang datang ke kawasan tersebut. Agar dapat terwujud Malioboro yang lebih tertata, maka pemerintah Kota Yogyakarta Melakukan Penataan Kawasan Malioboro yang mecakup tiga objek yang ditata yaitu parkir, pedagang kaki lima dan pedestrian. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui bagaimana proses komunikasi pemerintah dalam melakukan penataan di kawasan maliboro ini.
Metode penelitian yang digunanakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Metode penelitian kualitatif dapat menjelaskan fenomena yang terjadi pada saat proses komunikasi pemerintahan berlangsung. Menggunakan tipe penelitian historis diharapkan agar dapat merekontruksi kejadian ataupun proses komunikasi pemerintah kepada tiga objek yang terdapat didalam penataan kawasan Malioboro.
Proses Komunikasi pemerintah kota Yogyakarta dalam penataan kawasan Malioboro tahun 2015-2016 berjalan dengan baik dan benar.Unit pelaksana Teknis Malioboro bertindak sebagai komunikator. Terdapat tiga objek yang menjadi fokus pemerintah dalam melakukan komunikasi , yang pertama juru parkir , pedagang kaki lima dan pengguna pedestrian dalam hal ini wisatawan yang menjadi komunikan. Proses komunikasi berjalan dari UPT Malioboro menyampaikan pesan melalui media yang tersedia. Pesan diterima oleh komunikan dan komunikator mendapatkan feedback atau umpan balik setelah pesan tersebut diterima.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu , dalam proses komunikasi pemerintah Kota Yogyakarta dalam penataan kawasan Malioboro tahun 2015-2016 terdapat dua contoh. Dimana , yang pertama komunikasi berjalan dengan baik dengan umpan balik yang diberikan oleh Pedagang Kaki Lima sehingga implementasi kebijakan renovasi pedestrian terselenggara dengan baik. Contoh yang kedua proses komunikasi yang tidak berjalan baik karena terdapat adanya hambatan sehingga umpan balik yang diberikan tidak sesuai yang diharapkan terdapat pada kasus relokasi parkir dimana juru parkir sebagai komunikan. Dengan memahami cara dan praktek komunikasi yang benar, pemerintah dapat menata Malioboro