PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU AL-QAYYIM DALAM KITAB AL-FIKR AT-TARBAWĪ ‘INDA IBNI AL-QAYYIM
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pendidikan Islam menurut Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Al-Fikr Al-Tarbawī ‘Inda Ibni Al-Qayyīm yang
membahas sebuah pemikiran tentang pendidikan yang komperehensif, universal, dan
integral, yakni mendidik manusia dari segala sisinya, yaitu: jasad, akal, dan ruh.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian
yang kajiannya menggunakan literatur-literatur atau difokuskan pada data-data
kepustakaan sebagai sumbernya. Metode pengumpulan datanya menggunakan
metode dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis gambar maupun elektronik,
yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Deskriptif-Analitik, yaitu
metode dengan cara mendeskripsikan sekaligus menganalisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam menurut Ibnu
Qayyim adalah usaha untuk mewujudkan manusia teladan yang memiliki
keistimewaan sesuai dengan penciptanya, yaitu manusia yang shalih dan mencintai
kebaikan. Penelitaian ini juga membahas tentang tarbiyah qalb (hati) dan tarbiyah
badan secara sekaligus. Adapun tujuan tarbiyah yang hendak diwujudkan yaitu
meliputi: tujuan jismiyyah (fisik), tujuan akhlakiyyah (akhlak), tujuan fikriyyah
(akal) dan tujuan maslakiyyah (skill). Adapun aspek pendidikan menurut Ibnu
Qayyim, mencakup sembilan sisi tarbiyah yaitu: at-tarbiyyah al-īmāniyyah
(pendidikan iman), at-tarbiyyah ar-rūhiyyah (pendidikan rohani), at-tarbiyyah alfikriyyah
(pendidikan akal), at-tarbiyyah al-‘āṭifiyyah (pendidikan perasaan), attarbiyyah
al-khulukiyah (pendidikan akhlak), at-tarbiyyah al-ijtimā’iyyah
(pendidikan bermasyarakat), at-tarbiyyah al-irādiyyah (pendidikan kehendak), attarbiyyah
al-badaniyyah (pendidikan jasmani) dan at-tarbiyyah al-jinsiyyah
(pendidikan seksual). Menurut Ibnu Qayyim untuk dapat tercapainya tarbiyah, maka
ilmu harus bersumber dari manhaj (kurikulum) yang benar, yakni al-Qur’an dan as-
Sunnah. Selain itu seorang guru harus memiliki akhlak yang baik dan adab-adab yang
harus dipenuhi untuk dirinya sendiri, maupun adab terhadap muridnya. Selain itu
beliau juga menghimbau agar seorang guru tidak hanya sebatas menstransfer ilmu,
tapi juga memperhatikan amaliyah dan akhlak anak didik di majlis ilmu. Menurut
beliau seorang murid juga harus memenuhi adab-adab seorang murid yang telah
dinasehatkan beliau. Baik adab terhadap gurunya maupun terhadap dirinya sendiri.