PERANCANGAN TATA LETAK JALUR DI STASIUN SUKACINTA UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL JALUR GANDA KERETA API MUARA ENIM – LAHAT (Studi Kasus : Stasiun Sukacinta Lintas Layanan Muara Enim – Lahat)
Abstract
Sumatera Selatan adalah provinsi yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) batu bara yang melimpah, khususnya di kabupaten Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin dan Musi Rawas. Potensi yang ada sekitar 18,13 milyar ton batu bara, sedangkan lebih dari 13,07 milyar ton batu bara belum dikelola sepenuhnya. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Nasional di dalam RIPNas akan membangun jalur ganda kereta api, pada lintas layanan Muara Enim – Lahat khususnya di Stasiun Sukacinta. Dengan adanya jalur ganda ini diharapkan mampu mengoptimalkan angkutan barang khususnya batu bara di Provinsi Sumatera Selatan. Pembanguna jalur ganda akan berpengaruh pada tata letak jalur kereta api yang ada pada stasiun sehingga perlu direncanakan ulang. Dan juga perlu adanya peningkatan panjang jalur efektif di stasiun, perencanaan wesel, perencanaan peron dan perencanaan persinyalan untuk mendukung operasional jalur ganda kereta api.
Penelitian tentang tata letak jalur di Stasiun Sukacinta menggunakan metode analisis data yang berasal dari data sekunder yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Indonesia Divre III Sumatera Selatan. Perencanaan tata letak jalur kereta api mengacu pada Peraturan Menteri No. 60 Tahun 2012 tentang perencanaan konstruksi rel dan Peraturan Menteri No. 29 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Kereta Api. Sedangkan panjang jalur efektif di Stasiun Sukacinta dihitung berdasarkan rangkaian kereta api terpanjang yang berhenti di Stasiun.
Hasil penelitian didapatkan perancangan jalur baru dan peningkatan jalur eksisting di Stasiun Sukacinta dengan menambah jalur sayap (jalur IV) dengan panjang jalur efektif 1050 m, serta mengubah jalur III menjadi jalur raya. Peningkatan kelas peron dari sedang menjadi tinggi dan lebar peron 2 m, denga jenis penempatan peron yaitu island platform, serta menambah jumlah peron diantara jalur III dan IV. Meningkatkan fasilitas persinyalan dari sinyal mekanik menjadi sinyal elektrik. Konfigurasi jalur rel menjadi 4 jalur dengan jalur I dan II sebagai jalur raya dan jalur III dan IV sebagai jalur sayap dengan panjang efektif tiap-tiap jalur adalah 1050 m. Kemudian mengubah jenis wesel dari 1:10 menjadi 1:12 dengan jumlah 9 wesel.
Collections
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
PERANCANGAN TATA LETAK JALUR DI STASIUN LAHAT UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL JALUR KERETA API GANDA LINTAS LAYANAN MUARA ENIM - LAHAT
HERMAWAN, PHABIO DENY (FAKULTAS TEKNIK UMY, 2017-05-24)Stasiun Lahat merupakan stasiun eksisting yang terletak di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Lahat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan dan berada pada lintas layanan Muara Enim – Lahat dan terletak ... -
PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMADANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
NAVIANTORO, SAPTO NUGROHO (FP UMY, 2016-08-23)Planning the Green Belt of South Line Road in Kemadang Tanjungsari Gunungkidul. This research was conducted using the method of observation, and the results are compiled descriptive and spatial. The data used in this ... -
PERANCANGAN TATA LETAK JALUR DI STASIUN CICALENGKA UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL JALUR KERETA API GANDA CICALENGKA-NAGREG LEBAKJERO
SARI, INTAN AYU RATNA (FAKULTAS TEKNIK UMY, 2017-06-12)encana pembangunan jalur kereta api ganda lintas layanan CicalengkaNagreg-Lebakjero akan melewati Stasiun Cicalengka. Stasiun Cicalengka merupakan stasiun yang perlu ditingkatkan mengingat stasiun ini masih berstasus stasiun ...